EKBIS.CO, JAKARTA -- PT Saratoga Investama Sedaya Tbk (SRTG) berhasil menjaga stabilitas kinerja perusahaan di tengah gejolak pasar serta dinamika ekonomi domestik dan global.
Hingga kuartal III 2023, Saratoga mencatatkan arus kas dari dividen sebesar Rp 2,9 triliun naik 35 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Net asset value (NAV) Saratoga pada kuartal III 2023 ini mencapai Rp 49,8 triliun.
Presiden Direktur Saratoga Michael William P Soeryadjaya mengatakan, perekonomian global yang dinamis telah berdampak ke berbagai sektor bisnis di seluruh dunia, termasuk Indonesia. Apalagi harga energi dan komoditas terus berfluktuasi dengan tingkat inflasi dan suku bunga secara global yang tetap tinggi. Untuk menghadapi situasi tersebut, Saratoga menjalankan strategi investasinya secara lebih berhati-hati, disiplin, dan mengedepankan pengelolaan arus kas yang kuat.
"Kami tetap berfokus pada peningkatan value dari perusahaan-perusahaan portofolio yang sudah dimiliki oleh Saratoga. Kami meyakini lini-lini bisnis baru yang dibangun akan terus memperkuat fundamental investasi Saratoga melalui perusahaan portofolio," kata Michael melalui keterangan resmi di Jakarta, Senin (30/10/2023).
Salah satu investasi strategis yang didukung oleh Saratoga adalah penguatan bisnis PT Merdeka Battery Materials Tbk. (MBMA), anak usaha MDKA yang berfokus pada rantai pasok baterai kendaraan listrik. Guna memperkuat posisinya dalam rantai pasok baterai, MBMA telah menandatangani perjanjian dengan GEM Co, Ltd (GEM) untuk membangun pabrik pengolahan high-pressure acid leach (HPAL) dengan kapasitas produksi sebesar 30 ribu ton nikel dalam mixed hydroxide precipitate (MHP) per tahun.
Pabrik HPAL akan dibangun di Indonesia Morowali Industrial Park (IMIP) dan dioperasikan di bawah PT ESG New Energy Material, joint venture antara MDKA dan GEM, dengan target operasi pada akhir 2024 untuk tahap ertama dan pertengahan 2025 untuk tahap kedua. Pabrik ini juga akan membeli dan memproses bijih nikel laterit dari Tambang Sulawesi Cahaya Mineral (SCM) milik MBMA berdasarkan perjanjian pasokan selama 20 tahun.
"Saratoga juga akan tetap mengoptimalkan setiap peluang investasi di sektor-sektor strategis yang berdampak besar bagi keberlanjutan ekonomi nasional. Seperti sektor kesehatan, produk konsumen, infrastruktur digital dan energi terbarukan," ujar Michael.
Direktur Investasi PT Saratoga Investama Sedaya Tbk Devin Wirawan menjelaskan, secara operasional kinerja Saratoga juga didukung dengan tingkat efisiensi yang optimal. Hal ini tecermin dari rasio biaya dan utang yang rendah. Hingga kuartal III 2023 rasio biaya operasional tahunan terhadap NAV adalah sebesar 0,5 persen dan rasio pinjaman sebesar 0,3 persen, dibandingkan dengan 0,3 persen dan 0,9 persen pada periode yang sama tahun lalu.
"Pada periode ini kami juga berhasil menurunkan biaya bunga sebesar 52 persen yoy berkat penurunan utang bersih. Saat ini posisi utang bersih Saratoga adalah sebesar Rp 166 miliar atau menurun hingga 72 persen yoy dari sebelumnya Rp 588 miliar," kata Devin menjelaskan.