Dia menjelaskan, sejumlah laboratorium, seperti Balai Besar Laboratorium Kesehatan milik Kemenkes, mempunyai kemampuan untuk memeriksa cacar monyet. Dengan demikian, pihaknya hanya perlu mendistribusikan reagen yang terkait.
Ketua Umum Pengurus Besar (PB) IDI Moh Adib Khumaidi menyampaikan, cacar monyet atau mpox dapat menular tidak hanya dari hewan ke manusia, tapi juga dari manusia ke manusia. Cepatnya penyebaran mpox secara global dia sebut dapat disebabkan oleh berbagai faktor.
Faktor-faktor itu, di antaranya tingginya jumlah orang yang bepergian, perdagangan internasional hewan seperti monyet, munculnya jalur penularan baru dari manusia ke manusia. Jalur penularan baru tersebut khususnya melalui hubungan seksual lelaki seks lelaki (LSL).
“Lalu, munculnya gejala yang tidak biasa dan masih minimnya ketersediaan vaksin mpox di negara-negara berisiko tinggi. Lebih dari 90 persen kasus mpox di dunia dilaporkan pada populasi khusus yaitu homoseksual dan biseksual,” ujar dia Selasa (31/10/2023).
Kemenkes sebelumnya telah menjelaskan, kasus cacar monyet di Indonesia bertambah akibat perilaku seks berisiko. Di mana, dari tujuh kasus konfirmasi monkeypox, enam pasien di antaranya juga merupakan orang dengan HIV (ODHIV) dan memiliki orientasi biseksual.
“Penularan terjadi dari manusia ke manusia karena kontak langsung dengan cairan tubuh atau lesi kulit orang yang terinfeksi,” ujar Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kemenkes Maxi Rein Rondonuwu, lewat keterangannya, Senin (23/10/2023).
Maxi mengatakan, pasien monkeypox memiliki faktor perilaku seks berisiko dengan munculnya lesi dan ruam kemerahan. Hal itu kemudian diikuti dengan demam, pembesaran kelenjar getah bening, nyeri pada tenggorokan, myalgia, ruam, dan sulit menelan.