Senin 06 Nov 2023 10:32 WIB

Data Tenaga Kerja AS Memburuk, Rupiah Kembali Menguat

Federal Reserve diproyeksi untuk mengakhiri periode bunga tinggi lebih cepat.

Rep: Retno Wulandhari/ Red: Lida Puspaningtyas
Petugas memberikan uang pecahan dolar AS kepada pembeli di gerai penukaran mata uang asing VIP (Valuta Inti Prima) Money Changer, Jakarta, Selasa (4/10/2022).
Foto: ANTARA/Muhammad Adimaja
Petugas memberikan uang pecahan dolar AS kepada pembeli di gerai penukaran mata uang asing VIP (Valuta Inti Prima) Money Changer, Jakarta, Selasa (4/10/2022).

EKBIS.CO,  JAKARTA -- Nilai tukar dolar AS masih menghadapi risiko pelemahan. Pengamat Pasar Keuangan Ariston Tjendra menyebut data tenaga kerja AS yang mengalami perburukan menjadi faktor utama melemahnya greenback. 

Data tenaga kerja AS yang dirilis Jumat malam kemarin umumnya lebih buruk dari ekspektasi pasar. "Hasil ini mendorong pelemahan dolar AS terhadap mata uang utama dunia," kata Ariston saat dihubungi, Senin (6/11/2023).

Baca Juga

Data Non Farm Payrolls AS untuk Oktober tercatat sebanyak 150 ribu, angka tersebut lebih rendah dari ekspektasi 180 ribu. Data tingkat pengangguran mencapai 3,9 persen, lebih tinggi dari ekspektasi 3,8 persen. 

Ariston mengatakan, data ini bisa menguatkan kemungkinan bank sentral AS Federal Reserve untuk mengakhiri periode bunga tinggi lebih cepat. Data tenaga kerja AS ini juga bisa menjadi dukungan tambahan untuk pelemahan nilai tukar AS terhadap nilai tukar lainnya. 

Faktor lainnya yang juga menekan dolar AS adalah hasil rapat kebijakan moneter AS terakhir yang dinilai kurang hawkish. "Pelaku pasar mungkin bertambah yakin untuk masuk ke aset berisiko sehingga ini bisa mendorong penguatan rupiah lagi," kata Ariston. 

Dikutip dari laman Bloomberg, kurs dolar AS terhadap mata uang garuda kembali melemah. Pada pagi ini, pelemahan dolar AS terhadap rupiah cukup signifikan yakni mencapai 1,03 persen. Sehingga kurs rupiah menguat ke level Rp 15.565. 

Dari dalam negeri, pasar menunggu data Produk Domestik Bruto (PDB) kuartal III 2023. Menurut Ariston, jika data yang PDB yang keluar di atas lima persen, maka bisa memberikan persepsi postif untuk rupiah.

"Hari ini potensi penguatan bisa ke area 15.680-15.650, dengan potensi resisten di kisaran 15.800," ujar Ariston.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement