Jumat 10 Nov 2023 09:49 WIB

IHSG Melemah Mengekor Bursa Global

Pergerakan IHSG dipengaruhi sentimen dari dalam negeri.

Rep: Retno Wulandhari/ Red: Lida Puspaningtyas
Pengunjung mengamati data saham melalui aplikasi IDX Mobile di dekat layar yang menampilkan indeks harga saham gabungan (IHSG) di kantor PT Bursa Efek Indonesia (BEI) di Jakarta, Kamis (24/8/2023). IHSG ditutup melemah 0,32% ke 6899,39 pada akhir perdagangan. IHSG sempat mencapai posisi tertinggi di 6.937,64 dan terendah di 6.898,38 sepanjang sesi. Sebanyak 219 saham ditutup di zona hijau, 308 saham melemah, dan 215 saham lainnya ditutup di posisi yang sama.
Foto: Republika/Thoudy Badai
Pengunjung mengamati data saham melalui aplikasi IDX Mobile di dekat layar yang menampilkan indeks harga saham gabungan (IHSG) di kantor PT Bursa Efek Indonesia (BEI) di Jakarta, Kamis (24/8/2023). IHSG ditutup melemah 0,32% ke 6899,39 pada akhir perdagangan. IHSG sempat mencapai posisi tertinggi di 6.937,64 dan terendah di 6.898,38 sepanjang sesi. Sebanyak 219 saham ditutup di zona hijau, 308 saham melemah, dan 215 saham lainnya ditutup di posisi yang sama.

EKBIS.CO, JAKARTA -- Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) merosot ke zona merah pada perdagangan Jumat (10/11/2023). IHSG melemah ke level 6.812,20 setelah sempat ditutup menguat 0,5 persen kemarin.

Pergerakan IHSG sejalan dengan mayoritas bursa global. Semalam Wall Street kompak melemah dengan Nasdaq nyaris mencapai satu persen. Sementara pagi ini indeks Asia memerah dengan Hang Seng anjlok 1,67 persen.

Financial Expert Ajaib Sekuritas, Ratih Mustikoningsih mengatakan IHSG sepanjang hari ini berpotensi menguat terbatas. "IHSG kemarin rebound ditopang oleh kembali melonjaknya harga komoditas energi," kata Ratih dalam ulasannya.

Ratih mengatakan IHSG dipengaruhi sentimen dari dalam negeri. Konsumsi domestik masih mencerminkan akselerasi di tengah tren suku bunga tinggi. Optimisme tersebut tercermin dari Indeks Penjualan Riil yang lebih tinggi pada September dari pertumbuhan bulan sebelumnya.

Dari mancanegara, China melaporkan deflasi di tingkat konsumen secara tahunan pada Oktober 2023. Deflasi terjadi diakibatkan melimpahnya pasokan produk pertanian di tengah turunnya konsumsi, sehingga menurunkan harga pangan.

Sementara itu, inflasi inti yang tidak termasuk energi dan makanan di tingkat konsumen meningkat 0,6 persen yoy pada Oktober 2023.

Di sisi lain, Jepang melaporkan surplus transaksi berjalan pada September 2023 sebesar 2.723,6 miliar yen yang merupakan perolehan tertinggi dalam 18 bulan. Akselerasi tersebut ditopang oleh melonjaknya ekspor dan neraca jasa dari pendapatan wisatawan asing.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement