Sabtu 18 Nov 2023 13:30 WIB

Limbah Agroindustri Dinilai Potensial Gantikan Impor Pakan Ternak

Misalnya sawit yang hampir semua bagiannya bisa untuk campuran pakan ternak.

Red: Fuji Pratiwi
Petugas pengamanan hutan memotong pohon sawit yang berada di dalam Hutan Lindung (HL) Kawasan Ekosistem Leuser (KEL) di Desa Pasir Belo, Sultan Daulat, Kota Subussalam, Aceh, Kamis (8/4/2021).
Foto: ANTARA/Syifa Yulinnas
Petugas pengamanan hutan memotong pohon sawit yang berada di dalam Hutan Lindung (HL) Kawasan Ekosistem Leuser (KEL) di Desa Pasir Belo, Sultan Daulat, Kota Subussalam, Aceh, Kamis (8/4/2021).

EKBIS.CO, JAKARTA -- Limbah hasil produksi agroindustri dalam negeri potensial menggantikan atau mengurangi ketergantungan bahan pakan ternak impor, kata Peneliti Ahli Madya Pusat Riset Peternakan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Rantan Krisnan.

"Ada banyak sekali seperti sawit misalnya. Hampir semua bagian bisa dimanfaatkan sebagai campuran pakan ternak jadi kita enggak harus tergantung dengan impor," kata Rantan dalam diskusi daring di Jakarta, dilansir Antara.

Baca Juga

Ia memaparkan limbah sawit yang bisa dijadikan bahan pakan ternak terdiri atas bungkil inti sawit, solid decanter, daun sawit, daging pelepah, daun dan pelepah sawit. Setiap bagian tersebut berpotensi dijadikan bahan campuran pakan ternak menyusul besarnya jumlah limbah sawit yang dihasilkan.

Data Badan Pusat Statistik (BPS) mengestimasikan jumlah produksi limbah sawit untuk bungkil inti sawit sebesar 2,9 juta ton, solid decanter (1,4 juta ton), daun sawit (24,0 juta ton), daging pelepah sawit (16,8 juta ton) per tahun.

Limbah agroindustri lainnya yang juga berpotensi dijadikan bahan pakan ternak, yakni limbah cokelat, limbah tebu bagian pucuk ampas tetes, limbah kopi bagian kulit buah, kulit biji.

Kebutuhan pakan ternak di Indonesia terus meningkat seiring dengan pertumbuhan industri peternakan. Pada 2022, kebutuhan pakan ternak di Indonesia mencapai 20,2 juta ton. Jumlah ini diproyeksikan meningkat menjadi 28,2 juta ton pada 2027.

Meski demikian, pengenalan bahan pakan lokal ini belum tersosialisasikan dengan baik kepada para peternak. Sebagian besar peternak sapi, kambing, ayam, dan lain-lain masih berpangku pada rumput, tepung jagung, dan kedelai yang notabene diimpor. Padahal, impor kedelai tidak mendukung produktivitas kedelai di Indonesia. Pada 2022, nilai impor kedelai mencapai 1,6 miliar dolar Amerika Serikat.

Untuk mengurangi ketergantungan impor pakan ternak, Rantan menyarankan pemerintah daerah melakukan inisiasi pemanfaatan limbah agroindustri sebagai bahan pakan ternak. Selain itu, perlu adanya penelitian dan pengembangan teknologi pengolahan limbah agroindustri menjadi pakan ternak.

Pemanfaatan limbah agroindustri ini harus melalui pola integrasi usaha misalnya kebun sawit dicampur dengan ternak. "Perlu kita sadari bahan lokal limbah ini yang bersifat limbah punya kelemahan yakni kontinyuitas ini belum terjawab makanya industrialisasi pakan (pabrikasi) harus wajib," kata dia.

 

sumber : ANTARA
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement