EKBIS.CO, JERUSALEM -- Kementerian Keuangan Israel mengumumkan bahwa pertumbuhan ekonomi negara tersebut diperkirakan hanya mencapai 2 persen pada 2023, atau turun dari proyeksi sebelumnya sebesar 2,7 persen. Penurunan ini dikaitkan dengan dampak perang yang melibatkan Israel dengan Hamas.
Untuk 2024, kementerian memproyeksikan pertumbuhan ekonomi sebesar 1,6 persen, dengan perkiraan utamanya didasarkan pada kelanjutan perang hingga sepanjang tahun tersebut. Meskipun pertempuran paling intens diperkirakan akan berakhir pada kuartal pertama, sebagian besar konflik terpusat di perbatasan selatan dengan Gaza.
Namun, laporan tersebut menyebutkan bahwa kemungkinan pemulihan yang lebih cepat dari perang dapat menyebabkan pertumbuhan ekonomi mencapai 2,2 persen. Sebaliknya, jika perang berlanjut hingga 2025 dan pemulihan lebih lambat, pertumbuhan ekonomi diprediksi stagnan hanya mencapai 0,2 persen.
Sebelum pecahnya konflik, proyeksi pertumbuhan ekonomi untuk 2023 awalnya direncanakan mencapai 3,4 persen. Namun, dampak perang diprediksi menyebabkan penurunan sebesar 1,4 poin persentase.
Dilansir Reuters pada Ahad (26/11/2023), Kementerian Keuangan menyoroti bahwa faktor utama yang membebani pertumbuhan ekonomi adalah sentimen konsumen yang buruk, yang kemungkinan besar akan mempengaruhi belanja swasta, salah satu pendorong utama pertumbuhan Israel. Sementara itu, ekspor diperkirakan akan mengalami penurunan sebesar 0,6 persen pada tahun ini.
Perekonomian Israel sebelumnya mencatat pertumbuhan sebesar 6,5 persen pada 2022.
"Situasi perang ditandai dengan tingkat ketidakpastian yang sangat tinggi, namun dampaknya terhadap perekonomian lebih dari sekedar insiden keamanan yang dialami oleh Negara Israel selama dua dekade terakhir," tulis laporan dari kantor kepala ekonom kementerian.
Perang dengan Hamas dimulai pada 7 Oktober 2023, setelah serangan dari pihak Hamas. Sejak itu, lebih dari 14 ribu warga Gaza diperkirakan telah tewas akibat pemboman Israel, dengan sekitar 40 persen di antaranya adalah anak-anak.
Bank of Israel sebelumnya telah menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi untuk 2023 dan 2024 sebagai respon terhadap dampak perang, dengan proyeksi pertumbuhan sebesar 2,3 persen dan 2,8 persen berturut-turut. Meskipun demikian, para pengambil kebijakan diperkirakan akan menahan diri dari penurunan suku bunga selama perang, dengan lebih fokus pada langkah-langkah terkait dukungan keuangan bagi warga yang terdampak.