Ahad 26 Nov 2023 19:24 WIB

Produsen Rumput Laut Terbesar Kedua Dunia, RI Belum Jadi Negara Eksportir

Produktivitas rumput laut basah dari lokasi modeling diperkirakan mencapai 7.200 ton.

Rep: Muhammad Nursyamsi/ Red: Lida Puspaningtyas
Petani rumput laut (Ilustrasi).
Foto: Dok. Web
Petani rumput laut (Ilustrasi).

EKBIS.CO, JAKARTA -- Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono meresmikan modeling budidaya rumput laut seluas 51,25 hektare di Kabupaten Wakatobi, Sulawesi Tenggara. Program ini bagian dari strategi membangun industri hilir rumput laut nasional dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat pembudidaya.

"Sesuai petunjuk bapak presiden, kita ingin melakukan hilirisasi karena rumput laut kita produksinya nomor dua di dunia, tetapi kita belum bisa mendapat manfaat yang besar dari sini," ujar Trenggono dalam keterangan tertulis di Jakarta, Sabtu (25/11/2023).

Baca Juga

Merujuk data FAO 2022, Indonesia adalah negara produsen rumput laut terbesar kedua di dunia dengan volume produksi 9,6 juta ton. Produsen utama adalah Cina sebesar 20,8 juta ton. Namun belum termanfaatkan secara maksimal, sehingga belum sebagai negara eksportir produk hilir rumput laut dunia.

Untuk itu, kata Trenggono, Wakatobi menjadi salah satu modeling budidaya rumput laut dari empat daerah lainnya yaitu, Maluku Tenggara, Rote Ndao, Buleleng dan Lombok Timur.

“Program modeling budidaya rumput laut menerapkan pengelolaan berbasis kawasan yang terintegrasi dari hulu ke hilir. Lewat strategi ini produksi di hulu dapat meningkat dan berjalan berkesinambungan dengan hasil panen berkualitas,” ucap dia.

Fasilitas yang disiapkan KKP mendorong produktivitas di hulu mulai dari unit produksi bibit rumput laut (UPBRL) kultur jaringan. Ada juga fasilitas kebun starter rumput laut, hingga menyiapkan perahu ketinting sebagai sarana transportasi pembudidaya saat beraktivitas. Sedangkan di sisi hilir, KKP tengah menyiapkan fasilitas untuk kegiatan usaha pengolahan.

"Saya tadi melihat langsung proses kultur jaringan mulai dari penyiapan media hingga menghasil bibit rumput laut yang berkualitas dan siap ditanam di laut," sambung Trenggono.

 

Trenggono menambahkan, pelaksanaan program modeling rumput laut melibatkan masyarakat sebagai pelaku utama produksi. Dengan demikian, program ini sekaligus untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat pembudidaya.

"Kita ingin masyarakat di sini menjadi masyarakat produksi, artinya mereka menjadi komponen produksi yang kuat yang kemudian bisa sejahtera dari kegiatan produksi budidayanya. Kemudian hasil panen itu bergeser ke proses nilai tambah berikutnya, masuk ke industri untuk kepentingan berbagai macam, seperti bahan baku farmasi, makanan, dan seterusnya," lanjut Trenggono.

Selain Wakatobi, KKP merencanakan pembangunan modeling rumput laut di empat daerah lain yakni Maluku Tenggara, Rote Ndao, Buleleng, dan Lombok Timur.

Sementara itu, Direktur Jenderal Perikanan Budidaya, Tb Haeru Rahayu menjelaskan modeling budidaya rumput laut Wakatobi dibangun seluas 51,25 hektare, dengan rincian 45 hektare di antaranya sebagai lokasi budidaya rumput laut atau pembesaran. Biaya investasi berupa pembangunan sarana prasana mencapai Rp 5,6 miliar.

Produktivitas rumput laut basah dari lokasi modeling diperkirakan mencapai 7.200 ton per tahun dengan biaya produksi Rp 7,5 miliar. Penghitungan tersebut berdasarkan jumlah bibit yang ditanam sebanyak 4 ton per hektare per siklus selama 45 hari.

Sedangkan nilai produksi rumput laut dari modeling Wakatobi bisa di angka Rp14,4 miliar dengan asumsi harga jual rumput laut kering Rp 20 ribu per kilogram, sehingga diperoleh keuntungan bersih per tahun sebesar Rp 6,9 miliar.

Tebe optimis pembangunan modeling budidaya rumput laut dapat menumbuhkan multiplier effect bagi ekonomi daerah dan juga nasional.

"Kenaikan produksi ditargetkan bisa mencapai 100.835 ton per tahun atau naik 186 persen. Selain itu kenaikan produktivitas rumput laut basah juga diharapkan naik sekitar 1.567 persen yakni menjadi 150 ton hektare per tahun," kata Tebe.

Dengan adanya kenaikan produksi yang mencapai 186 persen tersebut, Tebe memprediksi akan ada perputaran ekonomi sekitar Rp252 milyar per tahun. Hal itu tentunya dapat memicu geliat budidaya rumput laut, sehingga jumlah pembudidaya juga diharapkan meningkat menjadi 772 orang atau naik 10 persen.

“Modeling budidaya rumput laut ini akan memberdayakan sumber daya manusia (SDM) masyarakat lokal dan juga melibatkan tenaga teknis lokal untuk pengelolaan modeling budidaya rumput laut,” kata Tebe.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement