EKBIS.CO, JAKARTA — Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira mengatakan ada beberapa hal yang perlu dicermati dari perkembangan inflasi pada November 2023. Bhima menilai, dorongan inflasi masih dominan bersumber dari sisi pasokan namun dari sisi permintaan masih sangat lemah ditunjukkan inflasi inti 1,87 persen pada November 2023 atau sangat kecil.
"Jadi konsumsi rumah tangga ini belum mendorong inflasi secara signifikan," kata Bhima kepada Republika, Jumat (1/12/2023).
Dia menuturkan, saat ini terdapat masalah di belanja masyarakat. Hal tersebut berkaitan dengan mahalnya harga pangan hingga pendapatan masyarakat yang terganggu sulitnya mencari lapangan kerja di sektor formal.
Selain itu, Bhima mengungkapkan bahan makanan secara tahunan masih tinggi atau sebesar 7,19 persen secara tahunan. Setelah beras, ada cabai dan gula yang berisiko meningkatkan inflasi pangan.
"Ketergantungan impor gula cukup tinggi dan harga gula internasional memang terus meningkat sejak awal tahun," ucap Bhima.
Lalu juga iinflasi di sektor perawatan pribadi dan jasa lainnya menjadi tertinggi kedua setelah pangan atau 3,76 persen. Bhima menilai, kondisi tersebut menjadi indikasi adanya dampak pelarangan impor barang-barang ritel di e-commerce yang memungkinkan mempengaruhi jasa perawatan pribadi dan salon kecantikan.
Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat inflasi pada pada November 2023 secara bulanan mencapai 0,38 persen. Lalu secara tahunan terjadi inflasi sebesar 2,86 persen dan secara year to date sebesar 2,19 persen.
"Terlihat tingkat inflasi November 2023 lebih tinggi dibandingkan bulan sebelumnya dan bulan yang sama tahun yang lalu," kata Deputi Bidang Neraca dan Analisis Statistik BPS, Moh Edy Mahmud dalam konferensi pers, Jumat (1/12/2023).
Edy menuturkan terjadi indeks harga konsumen (IHK) pada November 2023. Dia menuturkan IHK pada Oktober 2023 sebesar 115,64 menjadi 116,08 pada November 2023.
Dia menjelaskan, penyumbang utama inflasi November 2023 secara bulanan adalah kelompok makanan, minuman, dan tembakau dengan andil sebesar 0,32 persen. "Ini dengan komoditas penyumbang utama inflasi adalah cabai merah, cabai rawit, bawang merah, beras, gula, dan telur ayam ras," jelas Edy.
Lalu penyumbang utama inflasi November 2023 secara tahunan juga sama yakni makanan, minuman, dan tembakau dengan andil sebesar 1,72 persen. Komoditas yang penyumbang utama pada kelompok tersebut adalah beras, cabai merah, rokok Kretek filter, cabai rawit, daging ayam ras, bawang putih, dan rokok putih.