EKBIS.CO, QUINCY -- Ketika Dunkin Donuts memperluas jangkauan global, kehadirannya di wilayah yang terkena dampak ketegangan geopolitik memicu perdebatan. Banyak orang mempertanyakan apakah produk donat tersebut salah satu pendukung Israel.
Di tengah konflik Israel-Palestina yang sedang berlangsung, pertanyaan mengenai sikap perusahaan pun bermunculan. Itu membuat konsumen bertanya-tanya apakah Dunkin Donuts mendukung kedua pihak.
Konflik Israel-Palestina telah menyebabkan banyak perusahaan mengambil sikap, mengutuk tindakan tertentu atau menunjukkan solidaritas. Hanya saja dilansir Mayniaga pada Selasa (26/12/2023), Dunkin Donuts tetap netral.
Sejak konflik meletus pada Oktober 2023, perusahaan tersebut menahan diri untuk tidak mengeluarkan pernyataan publik atau mengambil tindakan yang dapat diartikan sebagai dukungan terhadap Israel atau Palestina. Meski, ada spekulasi di media sosial dan klaim sporadis yang menunjukkan dukungan Dunkin Donuts terhadap Israel.
Tidak adanya pernyataan resmi atau tindakan yang terlihat di platform media sosial atau situs resmi mereka semakin menegaskan sikap netral mereka. Netralitas Dunkin Donuts di tengah konflik memicu beragam tanggapan.
Beberapa konsumen berpendapat, tidak adanya pendirian sama dengan dukungan diam-diam terhadap status quo. Sementara yang lain mengakui model waralaba Dunkin Donuts sebagai pembeda potensial.
Berbeda dengan perusahaan terpusat seperti Starbucks, Dunkin Donuts beroperasi melalui waralaba, sehingga memberikan otonomi lebih besar kepada pemilik daerah mengekspresikan ideologi mereka. Otonomi ini telah menyebabkan pemilik waralaba individu menyatakan dukungannya kepada kedua belah pihak dengan mengubah warna frosting donat guna mencerminkan bendera nasional.
Beberapa tokonya menunjukkan dukungan terhadap Israel atau Palestina, tindakan ini mungkin tidak sejalan dengan sikap netralitas perusahaan yang lebih luas. Bagi konsumen yang mempertimbangkan dukungannya terhadap Dunkin Donuts, model waralaba menyajikan skenario unik.
Keberagaman ideologi pewaralaba memungkinkan konsumen menyelaraskan pembelian mereka dengan toko tertentu yang mendukung keyakinan mereka. Hanya saja, itu juga menimbulkan pertanyaan tentang koherensi pesan suatu merek ketika masing-masing toko menunjukkan sikap bertentangan.
Laporan terbaru yang menyatakan Dunkin Donuts menawarkan donat bertema Israel tanpa adanya pernyataan resmi telah memicu spekulasi dan diskusi mengenai posisi perusahaan tersebut. Ambiguitas ini menambah persepsi konsumen dan menimbulkan pertimbangan etis dalam mendukung suatu merek selama masa geopolitik yang sensitif.
View this post on Instagram
Selain itu, perusahaan induk Dunkin Donuts yaitu PepsiCo, juga menghadapi dampak akibat kampanye boikot yang lebih luas. PepsiCo, pemilik merek seperti Pepsi, Chipsy, dan Dunkin Donuts, mengalami penurunan harga saham di tengah gerakan boikot.
Dampak ekonomi ini menyoroti keterhubungan antara berbagai perusahaan global dan konflik-konflik regional. Maka memperbesar pertaruhan bagi berbagai perusahaan yang beroperasi di wilayah sensitif.
Netralitas Dunkin Donuts di tengah konflik Israel-Palestina membuat konsumen mempertimbangkan dukungan mereka terhadap merek tersebut. Meski tidak adanya pernyataan yang jelas mungkin menyiratkan netralitas, tindakan masing-masing perusahaan waralaba dan dampak ekonomi yang lebih luas dalam payung PepsiCo menambah kompleksitas narasinya.
Ketika konsumen menavigasi pilihan etis mereka, posisi Dunkin Donuts di Israel menawarkan gambaran seluk-beluk netralitas perusahaan, dinamika waralaba regional, dan keseimbangan rumit yang dihadapi perusahaan ketika beroperasi di lingkungan yang bermuatan politik. Diskusi yang sedang berlangsung seputar Dunkin Donuts menggarisbawahi kekuatan yang dimiliki konsumen dalam menyelaraskan nilai-nilai mereka dengan keputusan pembelian mereka di tengah kompleksnya lanskap geopolitik.