EKBIS.CO, JAKARTA -- Pemerintah melalui Kementerian BUMN berkomitmen melakukan terobosan dan transformasi menghadirkan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Kesehatan Sanur, Bali, sebagai KEK kesehatan pertama di Indonesia berstandar Internasional. Direktur Utama PT Hotel Indonesia Natour (HIN) Christine Hutabarat mengatakan, KEK Sanur merupakan inisiatif strategis untuk mengoptimalisasi potensi area Grand Inna Bali Beach untuk menjadi World Class Wellness and Tourism Destination atau pusat layanan kesehatan dan pariwisata baru terpadu berstandar internasional.
"KEK Sanur memiliki fasilitas terintegrasi seperti sarana akomodasi hotel bintang 5, ethnomedicinal botanical garden, convention centre bertaraf internasional yang mampu menampung hingga 5.000 orang, area komersial, sentra UMKM, restoran, serta berbagai fasilitas lain," ujar Christine dalam keterangan tertulis di Jakarta, Selasa (16/1/2024).
Christine mengatakan HIN yang merupakan anak usaha dari PT Aviasi Pariwisata Indonesia (Persero) atau InJourney telah ditetapkan sebagai Badan Usaha Pembangun dan Pengelola KEK Sanur oleh pemerintah. Christine berharap Indonesia mampu mendorong percepatan pemulihan ekonomi melalui pariwisata dan kesehatan serta mewujudkan pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan melalui KEK Sanur.
"KEK Sanur juga diharapkan menjadi motor penggerak perekonomian melalui penciptaan lapangan kerja, baik secara langsung maupun tidak langsung, peningkatan aktivitas ekonomi, yang pada akhirnya akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat," ucap Christine.
Christine menyampaikan sektor wisata kesehatan merupakan potensi baru yang dapat memberikan solusi bagi masyarakat Indonesia dan membawa layanan kesehatan dan pariwisata terpadu ke kancah Internasional. Christine optimistis pengembangan KEK Sanur dapat menjadi diversifikasi dan akselerator peningkatan perekonomian Indonesia.
Menurut Christine, pemilihan Bali sebagai lokasi KEK Kesehatan dan Pariwisata memberikan kesempatan kepada pasien dan pengunjung mendapatkan pelayanan kesehatan kelas dunia, sekaligus juga memaksimalkan potensi keindahan Bali dan kekayaan budaya sebagai pilihan tempat berwisata. Christine menyebut berbagai kemudahan akan didapatkan di KEK Sanur seperti adanya fasilitas dan kemudahan izin praktek tenaga kesehatan asing, fasilitas fiskal kepabeanan untuk peralatan medis, jenis layanan dan teknologi yang diberikan, penggunaan obat yang telah tersertifikasi, hingga kemudahan layanan imigrasi bagi pasien dan keluarga pasien.
"Keberadaan KEK Sanur dengan seluruh fasilitas kesehatan berkelas dan berteknologi terkini diharapkan mampu menyerap pasien yang sebelumnya berobat ke luar negeri, dengan total pasien estimasi sebanyak 123-240 ribu orang pada 2030," sambung Christine.
Dengan berkurangnya pasien dari Indonesia yang berobat ke luar negeri, Christine menilai mampu menghemat devisa sekitar total Rp 86 triliun dan penambahan devisa sebesar Rp 19,6 triliun hingga 2045. Pemerintah, lanjut Christine, menargetkan KEK Sanur menjadi pusat layanan kesehatan dan pariwisata baru terpadu nomor satu di Asia Tenggara.
"Ditargetkan mengundang investasi dengan estimasi mencapai Rp 15 triliun hingga Rp 20 triliun dan pada 2045 diprediksi memberikan efek berganda dan berdampak positif pada PDB nasional akan bertambah menjadi Rp 80,7 triliun, menyerap sekitar 18.375 tenaga kerja atau meningkat dengan estimasi sebesar 2.069 persen dibandingkan tanpa adanya KEK Sanur," kata Christine.