EKBIS.CO, JAKARTA -- Kementerian Pertanian melalui Ditjen Perkebunan melakukan sejumlah langkah guna mengantisipasi penyakit pangkal busuk batang yang disebabkan oleh ganoderma yang menyerang tanaman sawit.
Direktur Tanaman Kelapa Sawit dan Aneka Palma Ditjen Perkebunan, Kementan, Ardi Praptono dalam Simposium Internasional Ganoderma di Bandung, Rabu (31/1/2024), menyatakan, penyakit pangkal busuk batang yang disebabkan oleh ganoderma tersebut akan mempengaruhi tingkat produksi dan produktivitas tanaman, khususnya perkebunan sawit rakyat.
"Pemerintah melakukan pemantauan dan pelaporan Ganoderma di semua provinsi dengan aplikasi sistem informasi pelaporan dan rekap data organisme pengganggu tanaman (sipereda OPT) serta Informasi pengendalian OPT melalui aplikasi sistem informasi kesehatan tanaman (sinta)," kata Ardi dalam kegiatan yang dipantau secara daring dari Jakarta.
Dikatakannya, perkebunan rakyat yang terkena Ganoderma mencapai 46.767 ha, paling besar di Sumut yang sudah masuk generasi ke lima, 34.000 ha. Perkebunan rakyat yang terkena tersebar di 12 provinsi yaitu Nangroe Aceh, Sumatera Utara, Riau, Sumatera Barat, Jambi, Bangka Belitung, Sumatera Selatan, Lampung, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, Kalimantan Barat dan Sulawesi Barat.
Menurut dia, pertumbuhan dan perkembangan kelapa sawit masih menjajikan dan jadi tumpuan untuk menjaga perekonomian nasional terjaga apalagi ekspor pertanian didominasi oleh minyak sawit yang nilainya mencapai 34,94 miliar dolar AS atau sekitar Rp 600 triliun pada 2022. "Oleh karena itu kami mengharapkan semua pihak bersinergi untuk mengendalikan penyakit ini dan meminta masukan konkrit kepada pemerintah," kata Ardi.
Penyakit busuk pangkal batang yang diakibatkan ganoderma merupakan salah satu ancaman terhadap keberlanjutan sawit Indonesia. "Sering terjadi baik di perusahaan dan perkebunan rakyat , terlambat menyadari sehingga harus dieridikasi," katanya.
Banyak upaya untuk melakukan mitigasi ganoderma seperti sanitasi, deteksi dini dan rekayasa tanaman tahan ganoderma, lanjutnya hasilnya belum memuaskan sehingga harus dilakukan berbagai upaya. Kalau semakin banyak tanaman yang terkena dan eridikasi banyak yang dilakukan maka populasi tanaman berkurang dan produksi dan produktivitas menurun.