EKBIS.CO, JAKARTA -- Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki mendorong kualitas produk kerajinan kulit seperti sepatu, tas, dan jaket khas Garut agar bisa sejajar dengan produk kulit asal Virenze, Italia. Menurutnya, kiblat mode kulit ada di negara tersebut.
"Kita bisa meniru dan mengarah ke sana," ujar Teten Masduki dalam peresmian Rumah Produksi Bersama (RPB) Komoditas Kulit, di Kabupaten Garut, Jawa Barat, seperti dilansir dari siaran pers, Ahad (18/2/2024).
Ia mengakui, meski kerajinan kulit Garut sudah berusia lebih dari 100 tahun atau sama dengan usia kerajinan kulit Italia, namun secara kualitas dan merek masih jauh tertinggal. Di negara Barat, kata dia, mereka selalu mengembangkan permesinan sebagai alat produksi. Sedangkan di Indonesia, sambungnya, tidak pernah mengembangkan atau memodernisasi alat produksi produk, khususnya produk kulit.
Menkop berharap, RPB ini bisa menjadi pusat pengembangan ekosistem kulit di Kabupaten Garut. Maka, produk kulit Garut bisa terkenal di mancanegara dan merek kulit Garut bisa naik kelas.
Ia juga mengakui, isu utama berbagai produk Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) yakni soal kualitas, hingga tidak bisa bersaing dengan produk pabrikan dan luar negeri. "Cara produksi UMKM itu masih sederhana. Dengan adanya alat-alat produksi modern di RPB, diharapkan produk UMKM semakin berkualitas," ujar dia.
Lewat RPB, Teten berharap kualitas produk kulit asal Garut bisa terus tumbuh sesuai dengan keinginan dan tuntutan pasar dunia. Apalagi, kata dia, RPB bukan sekadar menyediakan alat produksi belaka, tapi juga sebagai Co-Working Space yaitu sebuah tempat belajar bersama, bertukar informasi, hingga ajang inovasi produk.
"Maka, di RPB juga akan disiapkan konsultan untuk memperkuat ekosistem bisnis," jelas dia.
Teten menambahkan, RPB juga menjadi tempat pengembangan desain produk. Maka, Menkop berharap RPB dikelola secara baik. Di dalamnya diperlukan keahlian manajerial industri.
"Kita juga harus memelihara dan terus memodernisasi alat karena industri terus berkembang. Sehingga, RPB tidak akan mengalami penuaan, tapi terus berkembang," tuturnya.
RPB, tegas dia, tidak boleh mati secara bisnis. Melainkan harus berkelanjutan dan dikelola dengan baik.