EKBIS.CO, YERUSALEM – Koalisi organisasi Palestina menyerukan embargo energi total pada Israel hingga mereka menghentikan perang di Gaza. Operasi militer Israel telah menyebabkan 29 ribu warga sipil meninggal dunia.
Global Energy Embargo, diluncurkan pada Senin (26/2/2024) yang mendesak organisasi, pekerja, dan aktivis lingkungan mendorong dihentikannya semua ekspor energi ke Israel hingga mereka menghentikan genosida di Gaza.
Juga menghapuskan sistem apartheid dan pembersihan etnit di Gaza. Kampanye ini menggandeng tim peneliti untuk menganalisis aliran energi ke Israel dan mengidentifikasi titik pasokan.
Israel, yang hampir tak memiliki produksi minyak mentah dalam negeri, tahun lalu mengimpor sekitar 300 ribu barel per hari minyak mentah. Sumber pasokan terbesar dari Azerbaijan denan nilai impor 300 juta dolar AS pada Januari lalu.
Ekspor minyak mentah itu dikapalkan dari Pelabuhan Ceyhan, di wilayah Mediterania, Turki.
‘’Pada tingkatan negara, perlu diperhatikan soal kelayakan embargo energi karena AS akan mendukung pasokan dari wilayah lain,’’Charlotte Rose, peneliti dari Disrupt Power, anggota koalisi kepada Middle East Eye, Selasa (27/2/2024).
Namun menurut dia, koalisi mencoba menunjukkan melalui riset dan kerja dengan berbagai gerakan. Ini dapat dibilang semua gerakan bermula dari bawah.
Koalisi ini juga bermitra dengan jaringan pekerja global dan kelompok-kelompok advokasi menyasar ekspor bahan bakar ke Israel. Termasuk pekerja tambang di Kolombia, pengekspor batu bara terbesar ke Israel.
Dalam pernyataan, para pekerja menggambarkan hubungan antara ekspor baja, mineral, dan bahan bakar ke Israel dan peran Israel memberikan pelatihan dan peralatan ke paramiliter yang membunuh serikat dagang.
Di AS, koalisi terhubung dengan kelompok kampanye, Chevron out of Palestine, yang melakukan aksi yang diikuti ratusan orang di depan perusahaan tersebut.
Menurut gerakan Boycott, Divestment and Sanctions (BDS) perpusahaan minyak raksasa itu merupakan aktor utama internasional yang mengekstrak gas fosil di Mediterania Timur yang diklaim oleh Israel.
Di ranah Eropa
Koalisi Palestina menjalin kerja sama denan jurnalis dan pegiat iklim di Eropa. Gerakan ini bertujuan meningkatkan kesadaran mengenai aktivitas ekspor gas Israel ke negara-negara Uni Eropa (UE).
UE menjadi importir gas utama dari Israel untuk mengisi kekurangan pasokan yang sebelumnya berasal dar Rusia. Namun karena Rusia menginvasi Ukraina, UE memutuskan untuk tak lagi membeli gas dari Rusia sebagai bentuk sanksi.
Menyusul mandeknya konstruksi Eastern Mediterranean Pipeline yang menghubungkan jaringan gas UE dengan cadangan di Mediterania Timur, termasuk beberapa titik lepas pantai Israel, UE mengalihkan pengapalan gas Israel dari Mesir.
Importasi terus berlansung di tengah operasi militer Israel di Gaza. Bloomberg melaporkan, dua kapal yang mengangkut gas cair meninggalkan Mesir dan berhenti di dermaga dua negara yaitu Belgia dan Italia pada Oktober lalu.
‘’UE mendapatkan gas melalui genosida,’’ kata Charlotte Rose.Menurut dia, gas dialirkan melalui infrastruktur pipa yang dibangun pada dekade lalu antara Mesir dan Israel.’’Kemudian diangkut ke Eropa.’’
Pada Juni 2022, tiga pihak yaitu UE, Mesir, dan Israel menandatangani kesepakatan atas ekspor gas Israel dalam jumlah signifikan ke Eropa dan mendorong perusahaan-perusahaan UE berinvestasi di ladang gas Israel.