EKBIS.CO, JAKARTA -- Badan Pangan Nasional (Bapanas) mengungkapkan pentingnya peningkatan produksi daging lokal atau di dalam negeri.
"Maka dari itu, kita bolak-balik mendorong stop impor daging, kita mendorong produksi daging dalam negeri ditingkatkan," ujar Kepala Bapanas Arief Prasetyo Adi di Jakarta, Rabu (13/3/2024).
Arief mengatakan, kalau harga daging tinggi memang karena banyak melakukan importasi.
Ia mencontohkan importasi daging pada hari ini di mana harga daging di Australia mencapai 8,59 dolar Australia, lalu nilai tukar (currency rate) dolar Australia terhadap Rupiah sudah di atas Rp 10.000.
"Kalau kita tergantung sama impor, konsekuensinya pada saat nilai tukar mata uang asing terhadap Rupiah lebih tinggi atau harga daging di negara asal sedang tinggi maka akan langsung berdampak ke kita," katanya.
Terkait importasi daging tentunya sudah melalui rapat koordinasi teknis (rakornis) bersama kementerian/lembaga eselon I, kemudian naik ke rapat koordinasi terbatas (rakortas), sehingga sudah diputuskan bersama-sama.
"Kemudian kalkulasinya tentunya ada pertimbangannya, kita kemarin waktu dengan Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Bapak Tito Karnavian dalam rakor bersama kementerian/ lembaga dan gubernur serta bupati/walikota seluruh Indonesia, kita sampaikan bahwa ketersediaan adalah nomor satu kemudian harga mengikuti," kata Arief.
Terkait soal izin impor daging, Arief mengatakan bahwa izin tidak terlambat.
"Tidak terlambat, daging sapi dan daging kerbau sekarang ada stoknya baik di pasar tradisional maupun supermarket," katanya.
Menurut dia, timeline-nya terlihat malah sekarang Bapanas mendorong bahwa neraca komoditas itu sudah Bapanas selesaikan pada Desember. Tinggal sekarang Bapanas mendorong.
Sebagai informasi, Wakil Presiden (Wapres) Ma'ruf Amin mengemukakan Indonesia berpeluang menekan impor daging sapi melalui pengembangan peternakan sapi di Sulawesi, Kalimantan, dan Nusa Tenggara Timur (NTT).
Ia mengatakan otoritas terkait di Indonesia telah memulai proses perencanaan dalam pengembangan ternak sapi di Kalimantan, Sulawesi, dan NTT yang diharapkan mampu mengurangi impor daging sapi.
Kementerian Pertanian (Kementan) juga sedang mengembangkan proyek pembiakan sapi biru asal Belgia untuk menyokong swasembada daging.