EKBIS.CO, JAKARTA -- PT Pupuk Indonesia (Persero) pada tahun ini membutuhkan pasokan gas sebesar 853 MMSCFD untuk operasional produksi pupuk. Namun hingga Maret tahun ini, realisasi kontrak pasokan gas baru mencapai 787 MMSCFD.
Direktur Utama PT Pupuk Indonesia (Persero) Rahmad Pribadi menjelaskan kebutuhan gas sangat penting dalam menentukan produktivitas pupuk. Sebab, gas merupakan komponen utama dalam memproduksi urea dan NPK.
"Komponen gas pada produksi urea mencapai 71 persen sedangkan NPK 5 persen. Maka ketersediaan gas dan akses harga gas yang murah menjadi pendukung utama untuk produktivitas pertanian kita," kata Rahmat di Komisi VII DPR RI, Rabu (3/4/2024).
Rahmat memerinci, pada tahun ini dari lima pabrik pupuk yang ada, masih ada 3 pabrik pupuk milik Pupuk Indonesia Grup yang belum mendapatkan alokasi gas sesuai kebutuhan.
Pupuk Iskandar Muda (PIM) pada tahun ini membutuhkan gas sebesar 54 MMSCFD. Namun, realisasinya masih 46 MMSCFD. Sedangkan Pupuk Sriwijaya membutuhkan alokasi gas 186 MMSCFD namun realisasi pasokan baru 163 MMSCFD.
"Sedangkan di Pupuk Kujang membutuhkan 101 MMSCFD, namun realisasinya masih 98 MMSCFD," kata Rahmat.
Kata Rahmat, untuk mengantisipasi kebutuhan gas, Pupuk Indonesia harus mengadakan gas komersil dalam bentuk LNG dengan harga komersil 12,6 dolar AS per MMBTU. "Dampaknya jadi temuan BPK karena seharusnya kita tidak bisa memakai gas di luar harga HGBT, tetapi karena kami harus menutup kekurangan gas, maka kami harus ambil LNG," kata Rahmat.