EKBIS.CO, JAKARTA -- Serangan balasan Iran ke Israel dinilai akan berdampak besar terhadap perekonomian global. Terutama terkait harga minyak dunia.
"Jelas saya rasa untuk kali ini, karena melibatkan Iran, satu negara besar," ujar Direktur Eksekutif Center of Reform on Economics (Core) Mohammad Faisal kepada Republika, Ahad (14/4/2024).
Sebelumnya, kata dia, konflik antara Israel dan Palestina belum banyak berdampak ke ekonomi global, karena keduanya masih negara kecil. Keduanya pun bukan pemasok atau produsen minyak. Bukan pula produsen pangan utama dunia.
"Perangnya pun terbatas di kawasan Palestina. Hanya saja sekarang begitu sudah meluas sampai ke Iran. Iran adalah negara supplier atau produsen minyak yang penting di dunia," tutur dia.
Maka menurutnya, dampak serangan tersebut terhadap harga minyak menjadi lebih besar. Ia memperkirakan, harga minyak global bisa menembus 100 dolar AS per barel, sekarang harganya di kisaran 90 dolar AS per barel.
"Bisa lebih (di atas 100 dolar AS per barel) kalau (perang) berlarut-larut dan semakin memanas," kata Faisal.
Dampaknya, lanjut dia, bisa sampai ke Indonesia. Itu karena kemungkinan besar negeri ini akan merespons kenaikan harga itu, di tengah keterbatasan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dalam hal menyubsidi, termasuk menyubsidi Bahan Bakar Minyak (BBM).
"Sehingga, ketika harga minyak di atas 100 dolar AS per barel seperti pada 2022, akan menyesuaikan harga minyak bersubsidi seperti Pertalite dan Solar," tutur dia.
Faisal menambahkan, penyesuaian tersebut guna mencegah pembengkakan APBN lebih besar lagi setelah program baru yang dijanjikan akan dijalankan oleh pemerintahan baru nanti.
Seperti diketahui, serangan Iran ke Israel merupakan serangan balasan atas tragedi serangan konsulat jenderal di Suriah yang menewaskan tujuh anggota Korps Garda Revolusi Iran. Iran meluncurkan belasan serangan drone dan misil ke wilayah Israel pada Sabtu (13/4/2024).