EKBIS.CO, JAKARTA -- Sebagai pemegang saham pengendali Bank Syariah Indonesia (BSI), Bank Mandiri buka suara perihal kabar investor dari luar negeri yang berminat untuk mengakuisisi 15 persen saham BSI. Saat ini, Bank Mandiri masih mengkaji kemungkinan masuknya investor strategis ke dalam anak usahanya itu.
“Dapat kami sampaikan bahwa Bank Mandiri secara rutin melakukan diskusi dengan seluruh stakeholder untuk memastikan optimalisasi dari kinerja perusahaan anak termasuk di dalamnya adalah BSI. Dan salah satu di antaranya adalah mengkaji kemungkinan adanya investor strategis,” kata Direktur Keuangan dan Strategi Bank Mandiri Sigit Prastowo dalam Konferensi Pers Kinerja kuartal I-2024 Bank Mandiri secara daring, Selasa (30/4/2024) sore.
Bank Mandiri, kata Sigit, terus berkomitmen untuk menjaga posisinya sebagai pemegang saham terbesar di BSI. Bank pelat merah tersebut juga akan secara aktif berkonsultasi dengan Kementerian BUMN agar strategi pengembangan BSI tetap sejalan penguatan peran Bank Mandiri ke depan.
“Jika diperlukan, tentu Bank Mandiri tetap akan melakukan disclosure sesuai dengan ketentuan yang berlaku,” imbuhnya.
Sebelumnya, dikutip dari Reuters, Bank Syariah terbesar di Abu Dhabi, Abu Dhabi Islamic Bank (ADIB) disebut sedang dalam pembicaraan untuk membeli saham minoritas BSI senilai sekitar 1,1 miliar dolar AS. Transaksi ini bertujuan untuk memasuki pasar yang berkembang pesat di Asia Tenggara.
Menanggapi hal ini, Wakil Menteri BUMN Kartika Wiroatmodjo alias Tiko mengatakan sejauh ini belum ada topik pembicaraan yang dikomunikasikan pada BUMN terkait rencana tersebut.
“Belum ada pembicaraan dengan kita. Untuk [pencarian investor] saat ini kita lagi wait and see. Soalnya saat ini harga saham BSI sudah tinggi, jadi lihat ke depan,” ujarnya usai agenda Bisnis Indonesia BUMN Forum 2024, Selasa (30/4/2024) kemarin.
Tiko mengatakan, saat ini kinerja BSI terpantau makin baik, termasuk dari segi peningkatan laba maupun kinerja rasio margin bunga bersih (net interest margin/NIM) hingga cost of fund alias biaya dana yang baik. BSI pun akan didorong untuk bisa masuk indeks MSCI atau Morgan Stanley Capital International, yaitu indeks saham yang diluncurkan oleh sebuah lembaga riset internasional Morgan Stanley.
“Kami akan tambah kepemilikan (saham) publik. Kami dorong untuk masuk MSCI, supaya naik likudiitasnya,” ujarnya.
Sebelumnya, Direktur Utama BNI Royke Tumilaar, salah satu pemegang saham BSI juga mengatakan bahwa pihaknya belum ada rencana secara konkret mengenai akuisisi ADIB dan BRIS. “Kami belum ada rencana yang konkret,” kata Royke beberapa waktu lalu.
BSI mampu menjaga kinerja positif dan berhasil mencetak laba senilai Rp1,71 triliun pada kuartal I/2024 atau tumbuh 17,06 persen dibandingkan periode yang sama pada tahun lalu yakni Rp 1,45 trilliun. Direktur Utama BSI Hery Gunardi, kinerja positif tersebut didorong oleh pertumbuhan dana murah dan konsistensi BSI dalam menjalankan fungsi intermediasi.
“Alhamdulillah, di tengah kondisi perekonomian global yang penuh ketidakpastian, BSI kembali membuktikan diri mampu mencetak kinerja yang impresif,” kata Hery Gunardi dalam Konferensi Pers Paparan Kinerja Kuartal I/2024 BSI secara daring, Selasa (30/4/2024).
Pencapaian positif BSI didorong oleh pengumpulan dana pihak ketiga (DPK) yang tumbuh pesat, yaitu 10,43 persen (yoy) mencapai Rp297 triliun yang didominasi oleh dana murah. Dimana tabungan tumbuh 8,75 persen dan giro tumbuh hingga 10,52 persen. Pencapaian tersebut pun berhasil membawa posisi BSI berada di peringkat 5 secara nasional dari sisi penghimpunan tabungan.