EKBIS.CO, JAKARTA -- Pemerintah Amerika Serikat berencana menaikkan tarif pajak baru mobil listrik dan barang energi ramah lingkungan asal Tiongkok. Artinya selain mobil, baterai dan panel Surya impor dari Tiongkok juga akan terkena dampaknya.
Dikutip dari NBC, sebuah sumber menyebut pemerintah Biden akan menaikkan tarif mobil listrik mobil China dari 25 persen menjadi 100 persen. Pemerintah AS berencana mengumumkan kabar tersebut pada Selasa, meski ternyata waktunya tidak ditentukan. Sementara itu, Gedung Putih masih menolak berkomentar soal rencana tersebut.
Menteri Keuangan AS Janet Yellen akan menghadiri pertemuan Menteri Keuangan G7 di Italia bulan ini. Seorang sumber menyebut AS berencana mengkoordinasikan soal rencana kenaikan tarif dan berharap adaindakan serupa dari negara-negara lain bagi China.
Sebelumnya Yellen menyebut ada persaingan tidak seimbang antara China dengan berbagai negara terkait kendaraan listrik an baterai. Alasannya China memberikan subsidi besar-besaran pada berbagai industri yang memiliki prospek besar pada pertumbuhan ekonomi.
Bulan lalu, Biden menyerukan kenaikan tarif tiga kali lipat pada baja dan aluminium Tiongkok ketika dia berbicara dengan anggota serikat pekerja di medan pertempuran di Pennsylvania. Dalam sambutannya di Pittsburgh, presiden mengatakan Tiongkok memproduksi barang-barang secara berlebihan untuk diekspor ke AS, sehingga menurunkan harga dan merugikan perekonomian Amerika karena produk-produk AS yang berkualitas lebih tinggi harus bersaing dengan produk-produk alternatif yang dibuat dengan harga lebih rendah.
“Sudah terlalu lama pemerintah Tiongkok menggelontorkan uang negara ke perusahaan-perusahaan baja Tiongkok, mendorong mereka untuk memproduksi baja sebanyak-banyaknya, sebisa mungkin, disubsidi oleh pemerintah Tiongkok,” kata Biden saat itu. “Mereka tidak berkompetisi. Mereka curang. Mereka curang. Dan kita telah melihat kerusakannya di sini, di Amerika.”
Sebelumnya, Menteri BUMN Erick Thohir menyatakan ekonomi global saat ini sedang menghadapi tantangan yang berat. Apalagi, menurut Erick kemungkinan kekuatan ekonomi dunia akan menggelar perang tarif.
Perang tarif yang dimaksud adalah pengenaan tarif berlipat bagi beberapa produk yang berasal dari negara lain. Akibatnya produk-produk tersebut akan mengalami peningkatan Harga yang begitu tinggi.
Bahkan bukan tidak mungkin Indonesia terkena dampak dari perang tarif tersebut. Sehingga mengganggu surplus neraca perdagangan Indonesia.
"Kita melihat akan ada perang tarif baik antara Eropa, China, dan Amerika...trade yang selama ini kita surplus bisa tertekan akibat ini,"ucap dia.