Selasa 02 Jul 2024 16:02 WIB

Petani Resah Sawah Mulai Mengering

Petani membutuhkan bantuan pompa untuk mengairi sawah.

Red: Satria K Yudha
Suasana Desa Weninggalih, Kecamatan Jonggol, Kabupaten Bogor yang terdampak kekeringan, Rabu (9/8/2023).
Foto: Republika/Shabrina Zakaria
Suasana Desa Weninggalih, Kecamatan Jonggol, Kabupaten Bogor yang terdampak kekeringan, Rabu (9/8/2023).

EKBIS.CO,  RANGKASBITUNG -- Sejumlah daerah di Indonesia sudah memasuki musim kemarau. Petani pun resah karena tanaman padi yang baru mereka tanam mulai mengalami kekeringan.

Kondisi itu seperti yang dialami petani di Kabupaten Lebak, Banten. Puluhan hektare areal persawahan di Kabupaten Lebak, Banten, mulai kekeringan sehingga terancam gagal panen atau puso. "Kami kebingungan areal persawahan mulai kekeringan," kata Ketua Blok Sentral Rangkasbitung Ahmad, Selasa (2/7/2024).

Baca Juga

Kekeringan yang melanda areal persawahan di Blok Sentral Rangkasbitung, Lebak, sekitar 20 hektare akibat tidak berfungsinya pasokan air dari Bendungan Cijoro. Sedangkan untuk penyedotan sumber air dari Sungai Ciberang sepanjang 500 meter tidak memiliki sarana pompa.

Karena itu pihaknya berharap dinas pertanian setempat segera turun tangan dan dapat mengatasi kekeringan areal persawahan tersebut. "Kami berharap tanaman padi yang baru usia 15 hari setelah tanam bisa diselamatkan dengan pasokan air," kata Ahmad.

Misbak (55), seorang petani Blok Sentral Rangkasbitung, mengatakan tanaman padi miliknya seluas 5.000 meter mengalami kekeringan, padahal baru dua pekan lalu melakukan penanaman.

"Kami berharap pemerintah menyediakan pompa agar areal persawahan milik masyarakat bisa dipanen September 2024," kata Misbak.

Begitu juga Herman (45), seorang petani di Rangkasbitung, Kabupaten Lebak, mengatakan saat ini areal persawahan di Blok Lembur Sawah mulai kekeringan akibat musim kemarau.

"Kami memastikan tanaman padi seluas empat petak yang baru tanam 30 hari mulai kekeringan," kata Herman.

Kepala Bidang Produksi Dinas Pertanian Kabupaten Lebak Deni Iskandar mengatakan pihaknya telah meminta petani segera melapor kekeringan areal persawahan kepada petugas penyuluh untuk ditindaklanjuti agar tanaman padi bisa diselamatkan.

"Kami akan menyiagakan Brigade Pompanisasi Dinas Pertanian untuk mengatasi kekeringan areal persawahan itu," kata Deni Iskandar.

Mengeringnya areal persawahan juga dialami petani di Kabupaten Garut, Jawa Barat. Balai Perlindungan Tanaman Pangan dan Hortikultura (BPTPH) Provinsi Jawa Barat menyebutkan lahan pertanian di Kabupaten Garut mulai mengalami kekeringan, sehingga petani secara swadaya melakukan pompanisasi untuk mengatasinya agar tanaman tetap tumbuh.

"Sampai saat ini masih penanganan di lapangan, masih penanganan swadaya oleh para petani khusus untuk tanaman padi dengan cara gilir giring dan pompanisasi," kata Koordinator Pengendali Organisme Pengganggu Tumbuhan (POPT) Kabupaten Garut dari BPTPH Jawa Barat, Ahmad Firdaus.

Ia menuturkan kondisi cuaca di Garut saat ini sudah memasuki musim kemarau, meski begitu untuk kemarau tahun ini masih ada turun hujan dengan intensitas rendah, sehingga petani masih bisa mengharapkan air hujan untuk mengairi lahan pertanian.

Namun dampak kemarau tahun ini, kata dia, tercatat sampai 15 Juni 2024 kondisi lahan yang dilanda kekeringan untuk padi seluas 73 hektare dengan kondisi kekeringan ringan seluas 66 hektare, sedang 2 hektare dan berat 5 hektare.

Ia menyampaikan untuk mengatasi kekeringan lahan pertanian, Kementerian Pertanian maupun Dinas Pertanian di daerah sudah mengalokasikan untuk kegiatan pompanisasi dan irigasi perpompaan agar lahan tetap menghasilkan saat kemarau. Kondisi saat ini, kata dia, pompanisasi baru dilakukan di lahan padi karena akses untuk mendapatkan air irigasi lebih mudah, sedangkan untuk lahan tanaman jagung dan bawang merah lokasinya di lahan darat sulit mendapatkan sumber air yang dapat dimanfaatkan.

"Kondisi iklim saat ini masih ada harapan terselamatkan karena informasi dari BMKG musim kemarau sekarang kondisinya La Nina kemarau basah, bukan El Nino kemarau kering seperti tahun 2023, masih dimungkinkan sepanjang musim kemarau ada turun hujan," katanya.

Ia menyampaikan dengan kondisi saat ini kemungkinan dampak kemarau terhadap areal pertanian tidak akan terlalu besar, angka lahan kekeringan saat ini jika dipersentasekan hanya 0,22 persen dari luas pertanaman padi per akhir 31 Mei 2024 sekitar 32.325 hektare sedangkan luas kekeringan 73 hektare.

 

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement