EKBIS.CO, JAKARTA -- PT Waskita Karya (Persero) Tbk tengah membangun Light Rail Transit (LRT) Jakarta Fase 1B rute Velodrome-Manggarai, Jakarta Timur. Saat ini kemajuan pengerjaan proyek tersebut telah mencapai 23,156 persen.
Sebelumnya, sudah dilakukan pengangkatan pertama balok girder atau erection girder di area Jalan Pemuda, Rawamangun pada April lalu. Proyek itu merupakan lanjutan dari LRT Jakarta Fase 1A rute Kelapa Gading-Velodrome, Jakarta Utara.
Seperti diketahui, Waskita Karya ditunjuk oleh PT Jakarta Propertindo (Perseroda) untuk membangun LRT Jakarta Fase 1B senilai Rp 4,55 triliun pada Oktober 2023. Anggaran proyek tersebut menggunakan dana APBD DKI Jakarta.
Pada tahap ini, dibangun sepanjang 6,4 Kilometer (Km), terdiri dari lima stasiun yaitu Stasiun Rawamangun, Pramuka BPKP, Pasar Pramuka, Matraman, dan berakhir di Manggarai. Kementerian Perhubungan (Kemenhub) menyatakan, kehadiran LRT Jakarta Fase 1B ini akan menyempurnakan integrasi transportasi di Stasiun Manggarai.
“Nantinya ketika kereta jarak jauh tiba di stasiun ini, penumpang dapat langsung melanjutkan perjalanan ke Kelapa Gading menggunakan LRT Jakarta,” ujar Direktur Jenderal Perkerataapian Kemenhub Risal Wasal.
Ia menambahkan, penumpang dapat memanfaatkan walkaway dari stasiun Manggarai menuju stasiun LRT. Ia optimistis pekerjaan proyek ini segera selesai dan bisa beroperasi pada awal 2027. Diharapkan pula pada kuartal ketiga 2026 sudah dapat dinikmati oleh publik.
Corporate Secretary Waskita Karya Ermy Puspa Yunita mengatakan, perseroan berkomitmen menyelesaikan proyek LRT Jakarta Fase 1B ini dengan tepat waktu dan tepat mutu. Demi mendukung layanan transportasi publik yang masif, kata dia, perseroan melakukan pekerjaan konstruksi sesuai target.
“Pembangunan LRT Jakarta rute Velodrome-Manggarai ini sebagai wujud Perseroan dalam mendukung kegiatan sosial dan perekonomian masyarakat Jakarta. Selain itu, diharapkan dapat memudahkan mobilitas masyarakat dan mendorong integrasi moda angkutan umum di Jakarta seperti Commuter Line, MRT Jakarta dan Trans Jakarta,” jelasnya dalam keterangan resmi, Jumat (2/8/2024).
Nantinya, lanjut dia, LRT Jakarta akan dioperasikan dengan waktu jeda atau headway selama 10 menit. Melalui perpanjangan rute ini, diperkirakan ada peningkatan potensi penumpang secara bertahap menjadi 80 ribu per hari.
Guna memaksimalkan okupansi LRT Jakarta, ke depan juga akan dikembangkan Fase 2A dengan lintas Kelapa Gading-JIS, 1C Manggarai-Dukuh Atas, 1D Dukuh Atas-Pesing. Ada pula rute 3A dan 3B yang masing-masing akan melengkapi rute Kemayoran-JIS-Kelapa Gading-Velodrome-Klender-Halim.
Dalam pembangunan LRT Jakarta Fase 1B tim proyek melakukan beberapa inovasi antara lain, design long span (bentang panjang) termasuk metode pelaksanaannya, AFC (Automatic Fare Collection) sebagai payment gateway dan implementasi Building Information Modeling (BIM) sampai level 7D. Inovasi long span dilakukan karena kondisi semua trase Proyek LRT Jakarta Fase 1B dikerjakan di area jalan raya dengan lalu lintas aktif dan padat di Kota Jakarta dan beberapa melintas di simpang besar.
Misalnya juga pekerjaan di area halte Trans Jakarta menggunakan steelbox girder bentang panjang sehingga tetap operasi dan tidak membongkar halte. Pada inovasi AFC (Automatic Fare Collection) sebagai payment gateway yang bisa digunakan dengan berbagai macam pembayaran digital seperti e-wallet dan QRIS.
Mengingat nantinya Proyek LRT Jakarta Fase 1B akan terintegrasi dengan berbagai moda public transport melalui koridor Linkway. Sementara, penerapan Building Information Modeling (BIM) sampai level 7D dilakukan guna mendukung pelaksanaan proyek. Proses koordinasi dengan stakeholder proyek menggunakan Electronic Document Management System (EDMS) dan Common Data Environment (CDE) dalam satu platform yaitu Autodesk Construction Cloud (ACC).
Pada platform itu, tutur Ermy, dapat melihat proses peninjauan dan persetujuan dokumen secara daring serta diakses oleh semua pemangku kepentingan. “Pengembangan inovasi BIM menjadi hal yang wajib dilakukan selama pembangunan. BIM membuat proses pekerjaan pada proyek menjadi lebih mudah mulai dari pembuatan gambar kerja, review desain, mapping progress, sequence pekerjaan, quantity
take off dan cost estimate, hingga koordinasi dengan pihak yang terlibat pada proses pembangunan proyek baik itu pemberi tugas, kontraktor, maupun konsultan,” katanya.
Kemudian, sambung dia, lewat sistem data berbasis cloud, seluruh proses kegiatan proyek dapat terekam dan tersimpan secara baik. Ia menuturkan, dapat pula diakses secara realtime kapan pun dan di mana pun.