EKBIS.CO, JAKARTA – Bank Indonesia (BI) memasukkan rencana menerbitkan rupiah digital di dalam Blueprint Sistem Pembayaran Indonesia (BSPI) 2025—2030. Rupiah digital dipastikan akan segera direalisasikan sebagai salah satu opsi dalam sistem pembayaran di Indonesia.
“The next five years ada tiga jenis uang yang BI perlu keluarkan, yaitu uang kertas, uang elektronik, dan uang digital,” kata Perry saat meluncurkan BSPI 2025—2030 di kawasan JCC Senayan, Jakarta, Jumat (2/8/2024).
Perry menuturkan, inisiatif untuk menerbitkan rupiah digital muncul seiring dengan perkembangan zaman pada terjadinya perubahan perilaku dalam sistem pembayaran, terutama pada generasi Z, generasi Y, dan generasi alpha. Menurut penelusurannya, generasi Z, Y, apalagi alpha semakin ogah dengan uang kertas, dan lebih menyukai menggunakan transaksi digital seperti QRIS.
Sehingga, BI melihat pasar dari produk-produk pembayaran itu sendiri. Uang kertas, misalnya lebih cenderung melingkup pada generasi baby boomers. Uang elektronik seperti QRIS lebih kepada generasi di bawahnya, dan uang digital lebih kepada generasi paling anyar. Perry pun menekankan akan memberikan layanan tiga jenis uang tersebut untuk melayani kebutuhan sistem pembayaran lintas generasi.
Perry menjelaskan, untuk bisa menerbitkan rupiah digital, setidaknya ada tiga syarat yang mesti dilakukan. Pertama, BI satu-satunya lembaga yang sah menerbitkan rupiah, sehingga BI yang harus menerbitkan rupiah digital. Tidak sah jika digital currency diterbitkan swasta.
Kedua, mempersiapkan industri untuk mengedarkannya. Pengedaran atau sirkulasi itu dilakukan kepada wholesale, terutama konsolidasi dengan industri-industri besar yang memiliki manajemen risiko yang kuat.
Ketiga, berkenaan dengan model bisnisnya. Perry menyebut sejauh ini tahapan dari rupiah digital baru menyelesaikan tahap proof of concept (POC).
“Kami sudah selesai POC, konsep teknologi, kami akan pilih-pilih teknologinya, dan ke depan kami mulai eksperimentasi. Kami mulai eksperimen yaitu mengedarkan dulu dari khasanah digital rupiah BI, kemudian ke industri wholesaler,” tuturnya.
Terpisah, dalam agenda media briefing pendalaman BSPI 2025—2030, Kepala Departemen Sistem Pembayaran BI Dicky Kartikoyono menjelaskan, teknologi rupiah digital tersebut adalah berupa blockchain. Teknologi itu hingga kini masih pada level di BI.
“Untuk menerapkan kepada keseluruhan industri, blockchain ini harus dites juga kepada industri. Yang kita utamakan adalah untuk wholesale dulu, terutama untuk di transaksi pasar uang,” ujar Dicky.
Ia menuturkan, pihaknya masih melakukan pengkajian mengenai pendekatan-pendekatan yang dilakukan pada transaksi pasar uang tersebut. Sebab, berbicara pasar uang ada kaitannya dengan berbagai kontrak.
“Tahapnya akan kita lakukan dalam beberapa tahun ke depan. Pendekatannya untuk yang prioritas adalah wholesale dulu, dari wholesale tentu distribusi bisa ke masyarakat, setelah bisa semua pasti bisa terkoneksi dengan cross border,” jelasnya.