Ahad 11 Aug 2024 06:59 WIB

BI Rilis Perkembangan Indikator Stabilitas Rupiah

BI optimalkan strategi bauran kebijakan untuk mendukung ketahanan eksternal ekonomi.

Rep: Eva Rianti/ Red: Gita Amanda
Asisten Gubernur Departemen Komunikasi BI, Erwin Haryono mengatakan Pada Jumat pagi, rupiah dibuka pada level (bid) Rp 15.925 per dolar AS, yield SBN 10 tahun turun di 6,78 persen. (ilustrasi).
Foto: Dok BI
Asisten Gubernur Departemen Komunikasi BI, Erwin Haryono mengatakan Pada Jumat pagi, rupiah dibuka pada level (bid) Rp 15.925 per dolar AS, yield SBN 10 tahun turun di 6,78 persen. (ilustrasi).

EKBIS.CO,  JAKARTA -- Bank Indonesia merilis perkembangan indikator stabilitas nilai rupiah pada 5-9 Agustus 2024. Pada akhir perdagangan Kamis (8/9/2024), rupiah ditutup pada level (bid) Rp15.890 per dolar AS dan yield surat berharga negara (SBN) 10 tahun turun ke 6,78 persen.

Lalu, indeks dolar (DXY/ indeks yang menunjukkan pergerakan dolar terhadap enam mata uang negara utama lainnya mencakup euro, yen Jepang, poundsterling Inggris, dolar Kanada, krona Swedia, dan franc Swiss) menguat ke level 103,22, dan yield US Treasury dengan tenor 10 tahun naik ke level 3,988 persen.

Baca Juga

“Pada Jumat pagi (9/8/2024), rupiah dibuka pada level (bid) Rp 15.925 per dolar AS, yield SBN 10 tahun turun di 6,78 persen,” kata Asisten Gubernur Departemen Komunikasi Bank Indonesia Erwin Haryono dalam siaran pers, Sabtu (10/9/2024) lalu.

Terkait aliran modal asing, premi credit default swap (CDS) Indonesia 5 tahun per 8 Agustus 2024 sebesar 76,32 basis points (bps), turun dibandingkan 2 Agustus 2024 sebesar 79,25 bps.

“Berdasarkan data transaksi 5-8 Agustus 2024, nonresident tercatat beli neto Rp 1,62 triliun (beli neto Rp 2,24 triliun di pasar SBN, Rp 0,65 triliun di saham dan jual neto Rp 1,28 triliun di SRBI,” ujar Erwin.

Selama tahun 2024 berjalan, berdasarkan data setelmen sampai dengan 8 Agustus 2024, nonresiden tercatat jual neto Rp 21,75 triliun di pasar SBN, sedangkan beli neto Rp 174,51 triliun di SRBI, dan Rp 0,66 triliun di pasar saham.

Adapun berdasarkan data setelmen sampai dengan 8 Agustus 2024 pada semester II/ 2024, nonresiden tercatat beli neto di SRBI sebesar Rp 44,16 triliun, di pasar SBN sebesar Rp 12,20 triliun, dan di saham sebesar Rp 0,32 triliun.

“Bank Indonesia terus memperkuat koordinasi dengan pemerintah dan otoritas terkait serta mengoptimalkan strategi bauran kebijakan untuk mendukung ketahanan eksternal ekonomi Indonesia,” tutup Erwin. 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement