EKBIS.CO, BATANG -- Duta besar Korea Selatan untuk Indonesia, Park Soodeok turut berbicara pada peresmian mulai beroperasinya PTT KCC Glass Indonesia. Momen tersebut berlangsung di Kawasan Industri Terpadu Batang (KITB), Jawa Tengah, Kamis (3/10/2024) siang WIB.
KCC Glass merupakan perusahaan yang memproduksi kaca. Induknya berasal dari Korsel. Jelas, fakta ini tak hanya dilihat dari aspek bisnis. Lebih dari itu, hubungan kedua negara semakin harmonis.
"Kerja sama ekonomi antara Korea dan Indonesia, semakin hari semakin diperluas," kata Park di KITB.
Ia menjelaskan, sejak hubungan diplomatik Korsel dan Indonesia dimulai, aktivitas perdagangan yang melibatkan kedua negara meningkat 140 kali lipat selama 50 tahun. Sebanyak 2300 perusahaan dari negeri ginseng telah berinvestasi di tanah air.
"Dan hari ini, pabrik kaca KCC yang berskala internasional dibangun di Kawasan Industri Batang dan mulai memproduksi kaca," ujar Park Soodeok, menambahkan.
Ia melanjutkan, bagi KCC, ini menjadi kesempatan bagus untuk lebih memperluas pasar ke ASEAN dan global pada umumnya. Sementara untuk Indonesia, fondasi industri manufaktur terus diperkuat. Sebuah dorongan penting demi mencapai cita-cita menjadi negara maju di bidang manufaktur pada 2045.
Dubes Korsel untuk Indonesia itu mengakui proses pembangunan KCC Glass di KITB tidak mudah. Berbagai tahapan dilalui. Namun berkat kerja sama semua pihak, akhirnya pabrik tersebut resmi memulai produksinya.
"KCC Glass, Kedutaan Besar Korea, Kementerian Investasi Republik Indonesia ,serta pemerintah daerah Jawa Tengah bersama-sama mengatasi berbagai tantangan tersebut melalui kerjasama yang erat. Sebagai hasilnya, pabrik KCC Glass (Indonesia) telah selesai dibangun pada hari ini," ujar Park.
Ia berterima kasih kepada Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Rosan Roeslani yang turut hadir. Dalam pernyataannya, Rosan menilai ini momen yang sangat penting. Bukan hanya untuk KCC Glass, tapi juga terkait hubungan antara Indonesia dan Korsel.
"Kami sangat menghargai karena Korea (Selatan) telah menjadi partner Indonesia selama ini," kata mantan Wakil Menteri BUMN, di KITB Batang, Jateng, Kamis (3/10/2024) lalu.
Ia mengetahui bagaimana kolaborasi kedua negara yang telah berlangsung selama bertahun-tahun. Sudah banyak perusahaan negeri ginseng berinvestasi di Indonesia. Termasuk KCC Glass.
Rosan menerangkan, dampaknya akan terasa ke berbagai lini. Bakal tercipta lebih banyak lapangan pekerjaan. Pekerjaan-pekerjaan yang berkualitas.
"Dan kalau kita lihat inivestasi ini akan meningkat dari Rp4 triliun kemudian Rp8 triliun lagi. Jadi kami menanti-nantikan implementasi investasi selanjutnya," ujar Kepala BKPM.
Ia menegaskan, pemerintah akan selalu membuka diri terhadap investor. Terpenting adalah bagaimana investasi yang ditanam berkesinambungan. Bukan sekadar baru.
Paling utama, bagaimana menjaganya. Lalu membuat hal itu lebih berkembang. Otomatis menciptakan lebih banyak pekerjaan dari hari ke hari.
"Job creation di Indonesia itu adalah hal yang sangat-sangat penting ke depannya. Karena tatangan utama dari pemerintah adalah bagaimana kita menciptakan lapangan pekerjaan yang berkualitas dan juga berkesinambungan," tutur Rosan.
KCC Glass Indonesia, jelas dia, menunjukkan contoh ideal. Sebanyak 80 persen hasil produksi pabrik tersebut akan diekspor. Ini sesuai misi pemerintah.
"Kita ke depannya ingin investasi yang masuk ke Indonesia itu yang export oriented," ujar Rosan.
Dalam paparan video resmi KCC Glass Indonesia, targetnya, pabrik tersebut memproduksi 1.200 ton kaca per hari. Jumlah demikian bisa memenuhi kebutuhan industri di Asia, Amerika, dan Eropa.
Bahan bakunya berasal dari berbagai daerah di tanah air. Silika diambil dari Belitung, Sumatera. Batu kapur dari Bandung, Jawa Barat. Bahan baku tersebut diubah menjadi kaca berkualitas tinggi. "Setidaknya 2.000 lapangan kerja akan tercipta,"demikian keterangan dalam video tersebut.
Kemudian ada ruang untuk mengembangkan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM). Tentunya, secara keseluruhan ekosistem yang terbangun bisa berkontribusi bagi pertumbuhan ekonomi Indonesia.