EKBIS.CO, JAKARTA – Sejak merger pada 2021, PT Pelabuhan Indonesia (Pelindo) telah berhasil memperkuat posisinya sebagai pemain utama dalam logistik maritim di Indonesia. Fokus pada efisiensi waktu singgah kapal (port stay) menjadi strategi utama untuk memastikan kelancaran jaringan logistik, khususnya bagi kapal kontainer.
Direktur Utama Pelindo, Arif Suhartono, menjelaskan, transformasi ini mencakup perbaikan fundamental pada infrastruktur, organisasi, dan sumber daya manusia. Saat ini, waktu singgah kapal di Pelabuhan Sorong rata-rata hanya 24 jam, dibandingkan dengan 72 jam sebelumnya.
"Ini bukan hanya tentang mempercepat aktivitas bongkar muat, tetapi juga menjaga stabilitas logistik maritim," ujarnya dalam keterangan yang diterima Senin (14/10/2024).
Pelindo telah berhasil meningkatkan produktivitas bongkar muat hingga 150 persen. Standardisasi layanan dan digitalisasi telah diterapkan di 14 terminal petikemas dan 59 lokasi layanan pelabuhan. Hal ini memungkinkan Pelindo untuk mengurangi biaya logistik nasional dan meningkatkan daya saing.
Arif juga menekankan pentingnya kolaborasi dengan sektor swasta. Salah satu contoh seperti di Gresik, Pelindo berkolaborasi dengan pihak swasta untuk mengembangkan kawasan industri yang terintegrasi dengan pelabuhan.
"Dengan berkembangnya Pelabuhan Pelindo, kawasan industri Gresik juga ikut tumbuh. Kami terus mendorong bisnis yang memberdayakan sumber daya lokal," katanya.
Meskipun volume barang yang diangkut sempat terdampak pandemi, Pelindo berhasil menjaga efisiensi biaya operasional, sehingga laba perusahaan meningkat menjadi Rp4,01 triliun. Kementerian BUMN mencatat Pelindo sebagai penyumbang pajak terbesar ke-10 dengan kontribusi Rp5,6 triliun, menunjukkan komitmen perusahaan dalam mendukung perekonomian nasional.
Dalam menghadapi tantangan disparitas volume antar pelabuhan, Pelindo berfokus pada penyamarataan operasi melalui pengembangan infrastruktur dan layanan di seluruh pelabuhan. Direktur Keuangan Pelindo Mega Satria menyatakan, pihaknya terus berupaya menyatukan standar operasi agar semua pelabuhan beroperasi dengan efisiensi yang sama.
Dengan total aset yang meningkat 6 persen menjadi Rp123,2 triliun pada semester I 2024, Pelindo menunjukkan pencapaian signifikan pasca merger. Proyek strategis seperti Makassar New Port dan Bali Maritime Tourism Hub turut berkontribusi pada pertumbuhan ini.
Asisten Deputi Bidang Jasa Logistik Kementerian BUMN Desty Arlaini mengatakan, transformasi ini adalah langkah awal yang penting. Merger bukan tujuan akhir, tetapi titik awal untuk melakukan inovasi dan transformasi berkelanjutan.
Ke depan, Pelindo berkomitmen untuk terus mendorong pengelolaan kawasan pelabuhan terintegrasi di daerah industri lainnya, memastikan bahwa peran Pelindo sebagai penggerak roda perekonomian semakin kuat dan berdaya saing.