Rabu 23 Oct 2024 17:30 WIB

Pertumbuhan Kredit Solid di Seluruh Segmen, Laba Bersih BCA Tumbuh 12,8 Persen

Laba bersih BCA dan anak perusahaan tumbuh 12,8 persen menjadi Rp 41,1 triliun.

Rep: Dian Fath Risalah/ Red: Ahmad Fikri Noor
Logo Bank BCA.
Foto: Republika/Putra M. Akbar
Logo Bank BCA.

EKBIS.CO,  JAKARTA -- PT Bank Central Asia Tbk (BCA) dan anak perusahaannya melaporkan peningkatan total kredit sebesar 14,5 persen secara tahunan menjadi Rp 877 triliun per September 2024. Laba bersih BCA dan anak perusahaan tumbuh 12,8 persen menjadi Rp 41,1 triliun dalam sembilan bulan pertama tahun 2024, didukung oleh ekspansi pembiayaan berkualitas serta peningkatan volume transaksi dan pendanaan.

“Peningkatan kredit hingga September 2024 mencerminkan komitmen BCA dalam mendukung pertumbuhan ekonomi nasional. Kami juga mencatat permintaan kredit konsumer yang baik, terlihat dari BCA Expoversary 2024 dan BCA Expo 2024 yang mengumpulkan aplikasi KPR dan KKB lebih dari Rp 78 triliun. Di acara lain, BCA UMKM Fest 2024 dihadiri lebih dari 1.700 pengusaha produk lokal. Sementara itu, BCA Wealth Summit 2024 mencatatkan lebih dari 2 juta pengunjung,” kata Presiden Direktur PT Bank Central Asia Tbk, Jahja Setiaatmadja dalam Konferensi Pers Hasil Kinerja Kuartal III 2024 yang diikuti secara daring, Rabu (23/10/2024).

Baca Juga

Untuk penyaluran pembiayaan per September 2024 didorong oleh kredit korporasi, yang tumbuh 15,9 persen menjadi Rp 395,9 triliun. Kredit komersial naik 11,8 persen menjadi Rp 135,3 triliun, dan kredit UKM tumbuh 14,2 persen menjadi Rp 120,1 triliun.

Total portofolio kredit konsumer meningkat 13,1 persen menjadi Rp 216,5 triliun, didorong oleh KPR yang tumbuh 10,7 persen menjadi Rp 130,4 triliun dan KKB sebesar 17,9 persen menjadi Rp 64,1 triliun. Pinjaman konsumer lainnya, sebagian besar kartu kredit juga naik 15,0 persen menjadi Rp 21,9 triliun.

Sementara penyaluran kredit ke sektor berkelanjutan tumbuh 10,7 persen menjadi Rp 214 triliun per September 2024, berkontribusi 24,3 persen dari total portofolio pembiayaan. Jahja menambahkan. Komitmen BCA dalam menerapkan nilai-nilai Environmental, Social, and Governance (ESG) juga terlihat dari gedung Wisma BCA Foresta yang mendapat sertifikat Green Mark Super Low Energy Building, menjadi yang pertama di Indonesia.

Untuk kualitas pembiayaan BCA tetap terjaga, dengan rasio loan at risk (LAR) mencapai 6,1 persen, membaik dari 7,9 persen setahun lalu, dan rasio kredit bermasalah (NPL) terjaga di 2,1 persen. Pencadangan untuk NPL dan LAR berada pada tingkat memadai, masing-masing 193,9 persen dan 73,5 persen.

Di sisi pendanaan, total dana pihak ketiga (DPK) meningkat 3,4 persen menjadi Rp1.125 triliun. Dana giro dan tabungan (CASA) berkontribusi sekitar 82 persen dari total DPK, tumbuh 5,2 persen menjadi Rp915 triliun. Pertumbuhan CASA sejalan dengan total frekuensi transaksi BCA yang meningkat 21 persen menjadi 26 miliar.

Frekuensi transaksi mobile banking dan internet banking mencapai 23 miliar, naik 24 persen dari tahun lalu. Jumlah nasabah yang menggunakan BCA Mobile kini lebih dari 31 juta, sedangkan pengguna myBCA tumbuh delapan kali lipat dalam dua tahun terakhir menjadi lebih dari 6 juta.

“Optimalisasi myBCA terus berlanjut melalui perluasan kerja sama dan penambahan fitur baru. Salah satunya adalah fitur ‘Proteksi’ untuk pembelian asuransi yang lebih praktis. BCA juga memperluas kerja sama untuk penjualan e-SIM dan membuka akses bagi nasabah untuk memperbarui profil risiko investasi melalui fitur ‘Welma’,” kata Jahja Setiaatmadja.

Inovasi lainnya termasuk peluncuran fitur Multi Settlement untuk transaksi QRIS, memungkinkan merchant mencairkan dana dari transaksi hingga 4 kali sehari. BCA juga telah melakukan undian hadiah program Gebyar Hadiah BCA tahap pertama pada 23 September 2024, dan pengumpulan poin untuk tahap kedua dibuka mulai 1 Oktober 2024 hingga 31 Januari 2025.

Dari sisi pendapatan bunga bersih, BCA mencatat pertumbuhan 9,5 persen menjadi Rp 61,1 triliun dalam sembilan bulan pertama tahun 2024. Pendapatan selain bunga naik 13,5 persen menjadi Rp 19,0 triliun, didorong oleh kenaikan pendapatan fee dan komisi sebesar 7,0 persen. Total pendapatan operasional mencapai Rp 80,1 triliun, naik 10,4 persen.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement