EKBIS.CO, JAKARTA – Investasi Amerika Serikat (AS) di Indonesia tercatat mencapai 67 miliar dolar AS (sekira Rp 1.066 triliun) pada periode 2014—2023 dan menciptakan dampak ekonomi hingga 130 miliar dolar AS (sekitar Rp 2.070 triliun), menurut laporan AmCham Indonesia. Kontribusi investasi Paman Sam di Indonesia diprediksi terus tumbuh dan mampu membantu mendongkrak pertumbuhan ekonomi Indonesia yang ditargetkan mencapai 8 persen di bawah kepemimpinan Prabowo Subianto.
Dalam laporan terbaru AmCham Indonesia dan US Chamber of Commerce bertajuk ‘US Investment: A Partner in Innovation for Indonesia’, diuraikan mengenai ruang lingkup dan dampak investasi AS di Indonesia dalam satu dekade terakhir, serta menyoroti berbagai isu yang dapat membuat iklim investasi lebih berkelanjutan dan menarik.
“Perekonomian Indonesia yang dinamis tengah mengalami evolusi baru, bergeser dari pertumbuhan yang didorong oleh infrastruktur di bawah Presiden Joko Widodo menuju masa depan yang dibentuk oleh teknologi, kolaborasi global, dan berbagai isu yang menjadi agenda utama Presiden Prabowo Subianto,” demikian isi laporan tersebut, dikutip Selasa (26/11/2024).
Di bawah kepemimpinan Jokowi, kemajuan signifikan dinilai telah dicapai dalam menghubungkan berbagai wilayah nusantara melalui berbagai inisiatif, seperti Jalan Tol Trans-Jawa, kereta api cepat Whoosh antara Jakarta dan Bandung, perluasan kawasan industri, serta lebih banyak bandara. Tonggak-tonggak infrastruktur tersebut dinilai sangat penting untuk meningkatkan konektivitas dan integrasi ekonomi.
Sementara itu, Presiden Prabowo memiliki banyak target dalam kepemimpinan lima tahun ke depan, mulai dari target swasembada pangan dan energi hingga pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi di tengah iklim geopolitik global yang penuh ketidakpastian.
Selain itu, ada inisiatif penerapan program makan bergizi gratis untuk memerangi terhambatnya pertumbuhan anak, meningkatkan konektivitas internet gratis berbasis desa, dan membangun proyek perumahan yang terjangkau. Selain itu, mantan menteri pertahanan itu juga telah menyatakan komitmen yang kuat terhadap pengembangan pertahanan, yang menandakan strategi yang kuat untuk keamanan nasional dan pertumbuhan ekonomi.
“Namun, ada tantangan besar di depan. Indonesia telah melewati puncak jendela bonus demografinya, fase penting yang dapat mempercepat atau menghambat ambisi pemerintahan baru. Pergeseran demografi ini memerlukan perencanaan strategis untuk memastikan tenaga kerja yang kompetitif dan siap, terutama karena kemajuan teknologi dan otomatisasi mengubah pasar kerja. Untuk memanfaatkan peluang yang terbatas ini, Indonesia harus memprioritaskan investasi dalam sumber daya manusia,” terangnya.
Pada saat yang sama, pertumbuhan ekonomi Indonesia pascapandemi Covid-19 tetap stabil, namun tidak terlalu kuat selama dua tahun terakhir, dengan belanja konsumen –yang mencakup lebih dari setengah aktivitas ekonomi Indonesia- telah menurun. Pengangguran mencapai 7,47 juta per Agustus 2024, lebih rendah dibandingkan saat puncak pandemi Covid-19, tetapi masih lebih tinggi dari angka sebelum pandemi pada 2019.
Kelas menengah juga menyusut hampir 10 juta selama periode lima tahun tersebut, dari 57,3 juta pada 2019 menjadi 47,8 juta per Maret 2024, menurut data resmi pemerintah. “Untuk mempercepat momentum ekonomi dan mewujudkan tujuan negara menjadi ekonomi yang makmur pada 2045, pemerintah juga harus mengatasi tantangan lingkungan dan keberlanjutan. Dorongan cepat untuk pembangunan harus diselaraskan dengan tujuan keberlanjutan dan komitmen Indonesia untuk mencapai emisi nol bersih, terutama karena investor semakin sadar akan ekologi,” lanjutnya.
Laporan tersebut diketahui didukung oleh United State Agency for International Development (USAID) dan berdasarkan penelitian utama yang dilakukan oleh Ernst & Young Indonesia. Laporan dirilis sebagai bagian dari US-Indonesia Investment Summit 2024 bertema ‘Pathways to Golden Indonesia 2045’.
Mission Director Indonesia USAID Jeffrey P Cohen mengatakan, laporan tersebut memberi gambaran pemetaan sejarah investasi AS dan kualitas investasi AS. Perusahaan AS, lanjutnya, berinvestasi dengan cara yang meningkatkan keberlanjutan lingkungan, menyediakan kondisi terbaik untuk tenaga kerja, dan memberikan dampak sosial.
“Menurut saya yang penting dari laporan ini untuk tahun depan adalah menunjukkan cara-cara perusahaan AS berinvestasi di Indonesia, juga memberikan rekomendasi agar investasi tersebut dapat terus berjalan dan meningkat berdasarkan kemitraan antara perusahaan-perusahaan AS dan pemerintah Indonesia,” ujar Jeffrey.