EKBIS.CO, JAKARTA -- Staf Khusus Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Raden Pardede menyampaikan, terpilihnya Donald Trump sebagai Presiden Amerika Serikat (AS) menjadi tantangan bagi perkembangan ekonomi global. Ia menyebut, Trump menjadi sentimen yang mempercepat global rebalancing.
“Pemilu AS jelas menciptakan tantangan baru bagi ekonomi global. Global rebalancing kelihatannya akan terus terjadi. Dan kemenangan Trump tentu akan mempercepat global rebalancing ini,” tutur Raden dalam acara ‘Sarasehan 100 Ekonom Indonesia’ yang digelar Indef di kawasan Jakarta Selatan, Selasa (3/12/2024).
Raden menjelaskan, bagi Indonesia, kondisi tersebut bisa menjadi tantangan sekaligus peluang. Misalnya, kebijakan tarif AS akan menjadi salah satu perhatian utama bagi Indonesia dengan harapan bisa memperoleh generalized system of preference (GSP) atau pembebasan tarif bea masuk.
“Dari sisi perdagangan, Indonesia akan berupaya memanfaatkan GSP dari AS untuk pembebasan tarif yang masuk. Dengan status country strategic partner dan kerja sama Indo-Pasific serta proses keanggotaan OECD, kita berharap positioning Indonesia akan lebih baik,” kata dia.
Raden optimistis bahwa pertumbuhan ekonomi dalam negeri akan terus terjaga dan relatif solid sekitar 5 persen. Inflasi Indonesia juga diprediksi akan tetap terkendali di rentang target sasaran di kisaran 2,5+-1 persen. Selain itu, indikator sosial juga menunjukkan perbaikan dengan tingkat kemiskinan dan pengangguran terbuka yang mengalami penurunan.
“Peningkatan daya saing Indonesia pun mengalami peningkatan ke posisi tertinggi sejak 10 tahun terakhir ini,” ujar dia.
Dengan berbagai capaian yang Indonesia raih itu, Radem meyakini target Prabowo untuk mencapai pertumbuhan ekonomi 8 persen bisa jadi terwujud dengan menjalankan visi dan misi Asta Cita. Ia menyebut, perwujudan pertumbuhan ekonomi hingga 8 persen dilakukan dengan meningkatkan investasi serta penguatan industrialisasi dan hirilisasi.
Raden melanjutkan mengenai pentingnya kawasan ekonomi khusus (KEK) untuk mendorong investasi di sektor-sektor strategis. Terutama investasi yang diperoleh dari hasil lawatan Prabowo Subianto selama belasan hari belakangan ini.
“Pemerintah sudah membangun 22 KEK yang tersebar dari Aceh hingga Papua, realisasi investasi KEK telah mencapai Rp 242,5 triliun dan penyerapan tenaga kerja sebanyak 151.260 orang dan keterlibatan dari 394 pelaku usaha,” ujar dia.
Ia menekankan bahwa KEK akan terus didorong sebagai katalis pertumbuhan ekonomi nasional. Seperti KEK Gresik untuk hilirisasi tembaga, KEK Kendal untuk baterai kendaraan listrik, serta KEK Sanur untuk health tourism yang sedang dibangun dan segera akan selesai.
“Kerjasama internasional turut menjadi strategi penting di tengah dinamika geopolitik dan geoekonomi yang saat ini terjadi,” tegasnya.
Raden menyebut Indonesia menunjukkan komitmennya terhadap kebijakan luar negeri yang bebas dan aktif. Itu dilakukan dengan berpartisipasi secara aktif dalam Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20, Asia Pasific Economic Cooperation (APEC), Association of Southeast Asian Nation (ASEAN), Indo-Pasific Economic Framework (IPEF), The Comprehensive and Progressive Agreement for Trans-Pacific Partnership (CPTPP), The Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD), serta organisasi BRICS (Brazil, Rusia, India, China, South Afrika).
“Ini menunjukkan bagaimana partisipasi kita di dalam kebijakan luar negeri yang bebas aktif. Ke depannya penting bagi kita untuk meng-highlight beberapa kerjasama yang sudah berjalan dengan Amerika Serikat, salah satunya adalah IPEF sebagai platform kerjasama yang strategis,” kata dia.
“Selain itu, proses akselerasi OECD terus didorong karena ini akan membawa manfaat signifikan menciptakan peluang peningkatan kerjasama, kemudian pertukaran informasi yang bermanfaat bagi kita, serta menaikkan standar governance kita menjadi negara yang lebih maju ke depan,” lanjutnya.