Rabu 25 Dec 2024 09:47 WIB

Penyelidikan Dugaan Perbudakan Pembangunan Pabrik BYD Ternyata Sejak September

Pekerja diharuskan bekerja 12 jam sehari.

Red: Firkah fansuri
Kawasaki pabrik BYD di Camacari Brasil.
Foto:

Yang lebih mengkhawatirkan lagi, bukti video, audio, dan gambar telah muncul tentang pekerja yang menjadi sasaran kekerasan oleh mandor. Hal ini tampaknya biasa terjadi setiap kali ada situasi tidakpatuhan atau ketika ada penundaan dalam pelaksanaan pekerjaan.

Diyakini bahwa sebagian alasan penganiayaan tersebut adalah pembangunan pabrik yang terlambat dari jadwal. Tahap pertama pekerjaan tersebut memerlukan pemasangan 26 struktur baru, termasuk jalur uji pabrik produksi dan peralatan lainnya. Ini dimaksudkan untuk diselesaikan pada akhir tahun ini dan akan memungkinkan BYD untuk menyelesaikan 150.000 kendaraan per tahun. Namun, sekarang diharapkan akan selesai pada suatu saat di bulan Januari.

Pekerja Brasil yang diperkerjakan oleh perusahaan-perusahaan tersebut tidak mengalami kondisi kerja yang keras seperti itu. Mereka yang dipekerjakan oleh BYD bekerja dari pukul 8 pagi hingga 6 sore, dengan satu jam untuk makan siang. Sementara itu, mereka yang diperkerjakan oleh tiga kontraktor tersebut bekerja dari pukul 7 pagi hingga 5 sore dengan waktu istirahat makan siang selama dua jam. Diperkirakan sekitar 590 warga Brasil bekerja pada pembangunan pabrik tersebut.

Ketika ditanya tentang praktik tersebut, BYD menyalahkan Jinjiang Group dan menuntut agar kelompok tersebut segera mengambil tindakan.

Pabrik BYD sedang dibangun di Camaçari di atas lahan seluas 4,6 juta meter persegi yang disediakan oleh pemerintah negara bagian. Konstruksi dimulai pada bulan Maret, dan berada di lokasi tempat Ford beroperasi selama hampir 20 tahun sebelum mengakhiri kegiatannya pada tahun 2021. BYD membayar 287,8 juta Real (48 juta dolar AS) untuk lokasi tersebut.

photo
Infografis Tuduhan Perbudakan di Pembangunan Pabrik BYD di Brasil - (Republika)

sumber : carNewsChina.com
Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement