SIDNEY--Perusahaan minyak Australia Woodside Petroleum, Jumat, bersikukuh dengan rencananya menambang gas Laut Timor sesuai proposal yang telah disusunnya, kendati ditolak dengan penuh amarah oleh mitranya, pemerintah Timor Leste. Bos Woodside Don Voelte menyebut penggunaan teknologi baru yang dikembangkan Shell sebagai "proposal yang fenomenal" dan hampir bagaikan "buah surgawi" untuk negeri miskin itu.
Dia berbicara hal ini setelah media melaporkan bahwa Timor Leste yang menginginkan menyalurkan gas ke satu ladang permanen di lepas pantainya, telah menuduh Woodside benar-benar sombong. "Woodside (berjanji) akan sangat memperhatikan posisi pemerintah (Timor Leste) sebelum pengumuman (proposal eksplorasi gas itu), namun malah memilih melanjutkan (eksplorasi itu)," kata Menteri Luar Negeri Timor Leste H.E. Agio Pereira dalam satu pernyataannya kepada Dow Jones Newswires.
Kata Pereira, "Langkah itu tidak saja menjadi sumber keprihatinan besar, namun juga merefleksikan kadar kesombongan yang tidak bisa diterima." "Pendekatan itu telah sangat mengkompromikan masa depan hubungan dengan pemerintah Timor Leste," tambahnya.
Voelte membalas melalui Dow Jones bahwa reaksi Timor Leste tersebut agak prematur, "Kami bahkan belum menyampaikan proposal, atau buku rinci tebal mengenai mengapa kami sampai pada keputusan itu." Dia menambahkan, dia akan menggelar pembicaraan dengan para pejabat Timor Leste di Dili minggu depan.
Australia dan Timor Leste sepakat membagi pendapatan milyaran dolar AS hasil eksplorasi gas menjadi 50-50, dari ladang gas Greater Sunrise pada 2006, setelah perselisihan panjang mengenai batas laut mereka. Namun kedua belah pihak yang saling bermitra ini tak pernah sepakat mengenai di mana ladang pencairan gas untuk pengiriman luar negeri dibangun, apakah Timor Leste atau Darwin, Australia Utara.
Tahun lalu, Shell menyatakan tengah merancang kompleks eksplorasi gas alam cair di lepas pantai pertama di dunia, yang menurut perusahaan minyak itu akan menjadi bagaikan "kapal pengangkut terbesar di dunia."