EKBIS.CO, JAKARTA- Pemerintah berencana membangun sektor minyak dan gas sebagai sumber utama perekonomian negara. Hal itu diperlukan sebab seluruh negara, termasuk Indonesia tak bisa terlepas dari kemungkinan terkena imbas dari berbagai permasalahan ekonomi.
''Tak akan ada ekonomi yang sustainable kalau tak ada energi yang sustainable,'' kata Wakil Presiden Boediono saat membuka konferensi Asosiasi Perminyakan Indonesia ke-34 di Jakarta Convention Center, Selasa (18/5).
Wapres kemudian menjelaskan titik tolak pemikiran tersebut, yakni sektor migas telah mengalami perubahan dalam beberapa dasawarsa baik untuk penerimaan negara, maupun penerimaan devisa. Pada masa 1970-1980, katanya, sebesar dua pertiga dari penerimaan negara atau APBN berasal dari migas.
Sementara kini, total penerimaan migas hanya menyumbang sebesar 19 persen dalam penerimaan negara untuk APBN dan 17 persen untuk penerimaan ekspor. ''Namun ini masih akan berlanjut di masa mendatang,'' ujarnya Wapres.
Apalagi, katanya, akhir-akhir ini peran tersebut telah berubah dan akan kembali ke posisi awal, yakni migas sebagai energy support system. Artinya, sektor migas tak sekadar berfungsi sebagai sumber penerimaan APBN dan ekspor saja. Migas telah menjadi sistem perekonomian nasional.