EKBIS.CO, JAKARTA--Kurs rupiah terhadap dolar AS di pasar spot antarbank Jakarta, Kamis pagi (24/6) turun 15 poin, karena pelaku pasar masih melepas mata uang Indonesia, setelah Bank Dunia memprediksi ekonomi Indonesia hanya tumbuh 5,9 persen yang dinilai masih lamban.
Pertumbuhan ekonomi Indonesia bisa lebih cepat asalkan pemerintah membelanja anggaran modalnya lebih cepat, kata pengamat pasar uang, Edwin Sinaga di Jakarta, Kamis (24/6).
Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS turun menjadi Rp9.040-Rp9.050 per dolar dibanding penutupan hari sebelumnya Rp9.025-Rp9.035.
Menurut Edwin Sinaga, koreksi terhadap rupiah saat ini terjadi karena pelaku melihat pergerakan pasar saham Wall Street yang cenderung tak menentu.
Kondisi pasar Wall Street mengakibatkan pasar saham di Tokyo cenderung melemah yang akhirnya diikuti pelaku lokal untuk melepas rupiah, katanya.
Posisi rupiah, lanjut dia, saat ini dinilai cukup baik, karena berada jauh di bawah angka Rp9.100 per dolar, bahkan berpeluang untuk naik lagi hingga di bawah angka Rp9.000 per dolar.
Namun rupiah agak sulit untuk bisa menembus angka Rp9.000 per dolar, karena Bank Indonesia (BI) akan melakukan intervensi pasar lebih lanjut, ucapnya.
BI, lanjut dia khawatir apabila rupiah menembus angka Rp9.000 per dolar, maka akan mengurangi pendapatan negara dari ekspor.
Posisi rupiah yang sesuai apabila berada di atas angka Rp9.000 per dolar, ujarnya.
Menurut dia, peluang rupiah untuk naik masih cukup besar, karena arus modal asing diperkirakan akan kembali masuk ke pasar domestik, setelah beberapa waktu lalu dialihkan untuk membeli dolar.
"Kami optimis pasar akan masih positif terhadap rupiah, karena pelaku asing sangat tertarik dengan pasar Asia khususnya Indonesia yang dinilai lebih menarik," katanya.