EKBIS.CO, MALANG--Minyak pelumas mesin yang merupakan hasil produksi dari PT Pertamina ternyata cukup prospektif. Sebab, hingga kini produk dalam negeri tersebut, menurut General Manager PT Pertamina Rigion V Jatim-Bali, Muhammad Iskandar sudah menembus tujuh negara.
‘’Sampai saat ini memang sudah tujuh negara yang bisa kita masuk. Namun, dalam dua bulan ke depan, nanti akan menembus jadi sembilan negara. Ini akan kita terus kembangkan,’’ tutur General Manager PT Pertamina Rigion V Jatim-Bali, Muhammad Iskandar, usai melakukan peletakan batu pertama pembangunan Kolam Renang Pendidikan senilai Rp 5 miliar yang merupakan hibah Pertamina untuk Univesitas Negeri Malang, Jum’at (8/10).
Dijelaskan Muhammad Iskandar, bahwa pertumbuhan dan perkembangan pelumas oil Pertamina itu banyak dimnati di negara-negara internasional. Sehingga, Pertamina mengirim produk tersebut ke manca negara. Dia sebutkan, seperti ke Thailand, Myanmar, Malaysia, Pakistan, India, Austrlia, Saudi Arabia dan Qatar.
Sedangkan negara yang akan dirambah lagi dalam dua bulan kedepan yaitu negara-negara Eropa Selatan. Kawasan negara tersebut dikatakan merupakan sasaran berikutnya untuk dijadikan pangsa pasar pelumas yang merupakan hasil produksi PT Pertamina.
Dia katakan dia, bahwa pelumas yang diekspor ke luar negeri selain untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri itu untuk otomotf dan industri. ‘’Jadi, Pertamina, memproduksi kedua jenis tersebut selain untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri, juga permintaan dari luar negeri,’’ kata dia dengan bangga.
Menurut dia, permintaan yang paling dominan selama ini jenis pelumas untuk otomotif. Alasannya, pasaran untuk otomotif baik dalam negeri maupun manca negara dinilai sangat besar dan luar biasa.
Untuk itu, kata dia, Pertamina akan terus meningkatkan produksi pelumas itu. Dia menjelskan bahwa produksi pelumas yang dihasilkan PT Pertamina ini dalam setahun diakui sudah cukup besar. Sebab, produksi untuk memenuhi permintaan dalam negeri saja ada sekitar 800 ton per bulan.
Sedangkan produk ekspornya, untuk memenuhi permintaan luar negeri diprediksi mencapaisekitar 20 persen dari total kebutuhan dalam negeri. Riilnya sekitar 180 ton per bulan. Sehingga, total produksi dalam setahun ada sekitar 1.200 ton.