EKBIS.CO, JAKARTA--Nilai transaksi bisnis produk barang pada hari pertama Trade Expo Indonesia (TEI) ke-25 tahun 2010 mencapai 19,24 juta dolar Amerika Serikat (AS). "Lebih banyak dari tahun lalu, transaksi hari pertama TEI 2009 hanya 12,4 juta dolar AS," kata Pelaksana Tugas Direktur Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional Kementerian Perdagangan Hesti Indah Kresnarini di Jakarta International Expo Kemayoran, Jakarta, Kamis.
Transaksi, menurut dia, paling banyak dilakukan pembeli dari Nigeria (34,6 persen), Spanyol (5 persen), Jerman (4,8 persen), Italia (4,7 persen) dan Australia (4 persen). Ia menjelaskan pula bahwa dalam hal ini produk utama yang diminati meliputi furnitur, suku cadang otomotif, kerajinan, minyak kelapa sawit serta tekstil dan produk tekstil (TPT). Rinciannya, nilai transaksi produk furnitur sebanyak 6,8 juta dolar AS, suku cadang otomotif 6,1 juta dolar AS, kerajinan 2,3 juta dolar AS, minyak sawit mentah 838 ribu dolar AS, dan TPT sebanyak 638
ribu dolar AS.
Dengan nilai transaksi hari pertama sebesar itu, Hesti optimistis, target capaian traksaksi dalam lima hari pelaksanaan TEI sebanyak 300 juta dolar AS bisa tercapai. "Karena 19,24 juta dolar AS itu hanya nilai transaksi produk barang. Nilai transaksi produk jasa, dalam hal ini tenaga kerja, hari pertama sudah 51 juta dolar AS. Tahun lalu saja total transaksi jasa tenaga kerja 61,9 juta dolar AS," katanya.
Tahun lalu, ia menambahkan, nilai transaksi bisnis produk barang dan jasa selama TEI sebanyak 285 juta dolar AS. Lebih lanjut Hesti menjelaskan pula bahwa jumlah pembeli yang hadir pada hari pertama TEI ke-25 sebanyak 2.209 pembeli dari 77 negara. Pembeli yang dominan pada hari pertama berasal dari Uni Emirat Arab, Australia, Afghanistan, Afrika Selatan dan Malaysia.
Meski sebagian peserta pameran dagang masih belum melakukan kontak dagang dengan pembeli, namun mereka berharap bisa mendapatkan transaksi dari pembeli dari pasar tradisional maupun non tradisional.
Pemilik Lamops Craft Work Anita Handayani (43) berharap bisa memperluas pasar kerajinan dan perhiasan kerang mutiara mabe-nya. "Alhamdulilah tadi sudah ada pembeli dari Kolumbia yang tertarik, Desember mereka mau lihat tempat produksi di Lombok," katanya.
Ia menambahkan selama ini produk perhiasan kerang mutiaranya utamanya dipasarkan di dalam negeri. Penjualan ke luar negeri baru dilakukan dalam jumlah kecil ke Australia dan Amerika Serikat. Pemilik Saxwood Bambang Anis Pancoko juga berharap bisa menjaring lebih banyak pembeli untuk produk saxopon kayunya selama TEI.
"Setidaknya kami bisa memperkenalkan produk kami di sini. Dan tentu bisa dapat lebih banyak pembeli," katanya. Ia menambahkan hari ini ada pembeli Uzbekistan yang mau membeli saxopon kayu Saxwood yang harganya berkisar antara Rp3,5 juta sampai Rp12,5 juta per buah.