Selasa 30 Nov 2010 04:41 WIB

Indonesia-Iran Lanjutkan Perundingan Perdagangan

Rep: Shally Pristine / Red: Budi Raharjo
Ilustrasi
Ilustrasi

EKBIS.CO, JAKARTA--Indonesia melanjutkan perundingan perjanjian perdagangan preferensial (Preferential Trade Agreement/PTA) dengan Iran setelah sempat mandek selama dua tahun. Kedua pihak sepakat, pembahasan dapat dirampungkan akhir tahun depan sehingga dapat diimplementasikan pada 2012.

Dirjen Kerja Sama Perdagangan Internasional Kementerian Perdagangan, Gusmardi Bustami, mengatakan PTA ini merupakan jembatan menuju Indonesia-Iran Comprehensive Trade and Economic Partnership Agreement (II-CTEPA). "Keuntungan buat kita karena tarif impor Iran tinggi. Dengan PTA ini, paling tidak dapat kita turunkan separuhnya. Pada akhirnya akan ada II-CTEPA untuk hampir semua produk," katanya kepada wartawan, Senin (29/11).

Sebelumnya, Menteri Perdagangan kedua negara telah menyepakati kerangka kerja sama pengurangan tarif dan hambatan perdagangan nontarif di kedua negara di Teheran pada 2003. Pada 2004, kedua Menteri juga sepakat untuk membentuk Comprehensive Trade and Economic Partnership (CTEP). Berdasarkan kesepakatan ini telah dibentuk juga Framework Agreement on CTEP yang ditandatangani pada Juni 2005 yang menjadi dasar pembentukan PTA Indonesia-Iran.

Dia meneruskan, Indonesia telah menyampaikan sejumlah 776 mata tarif (10 digit HS) dengan total nilai ekspor sekitar 305,0 juta dolar AS sedangkan pihak Iran menyampaikan sekitar 522 mata tarif (8 digit HS) dengan nilai impor sekitar 120,0 juta dolar AS. "Mengingat adanya perbedaan digit HS pada kedua negara, maka telah disepakati untuk melihat kembali masing produk dalam HS tersebut agar dalam implementasinya di kemudian hari tidak menjadi masalah," katanya.

Bagi Indonesia, kata Gusmardi, kerja sama dalam PTA ini penting karena Iran merupakan negara yang menerapkan tarif yang tinggi dan berbagai nontarif sehingga melalui kesepakatan ini kita dapat mengurangi hambatan yang ada. Indikasi yang disampaikan Iran bahwa modalitas pemotongan tarif yang disampaikan Indonesia sulit diterima karena aka banyak memotong tarif Iran yang tinggi. "Kita beralasan karena struktur tarif Iran tinggi sementara Indonesia rendah. Kita lihat saja nanti," tuturnya.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement