EKBIS.CO, JAKARTA--Pembebasan bea masuk impor beras sementara diharapkan dapat mengefektifkan fungsi Operasi Pasar (OP) beras Perum Bulog dalam menstabilkan harga bahan pokok tersebut. "Harga yang berlaku sekarang tidak terlalu pantas, terlalu tinggi. Kami ingin OP beras Bulog betul-betul efektif menurunkan harga karenanya memang dapat diterima untuk melakukan pembebasan pajak bea masuk," kata Wakil Menteri Perdagangan, Mahendra Siregar usai membuka diskusi tentang pembiayaan ekspor di Jakarta, Selasa (30/11).
Menurut dia, Kementerian Perdagangan sedang memroses usul pembebasan bea masuk impor beras dari Perum Bulog untuk disampaikan ke Kementerian Keuangan. "Sedang diusulkan secara resmi tapi prinsipnya telah disetujui untuk dapat diberikan atau difasilitasi," katanya.
Ia mengatakan harga beras saat ini terlalu mahal, sehingga pemerintah melakukan intervensi untuk menurunkan harga. Menurut data Kementerian Perdagangan, pada 29 November 2010 harga rata-rata nasional beras medium Rp 6.980 per kilogram dan harga beras rata-rata selama bulan itu sebesar Rp 6.787 per kilogram.
Kenaikan harga beras medium di beberapa daerah selama bulan November melebihi lima persen, seperti di Banda Aceh (8,2 persen), Palembang (13,9), dan Sofifi (11,4 persen). Pada daerah-daerah yang demikian, pemerintah melakukan intervensi berupa operasi pasar beras untuk meredam kenaikan harga. Sebelumnya Perum Bulog sudah mengimpor sebagian beras untuk stok dan mulai melakukan operasi pasar.
Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri Kementerian Perdagangan Subagyo sebelumnya mengatakan, dalam kegiatan operasi pasar beras bulan ini Perum Bulog menyalurkan beras medium dan premium dengan harga Rp 500 - Rp 700 lebih murah dari harga per kilogram beras di lokasi operasi pasar.
Penyaluran beras Perum Bulog dengan harga lebih murah ke pasar diharapkan dapat menurunkan harga beras di lokasi operasi pasar sampai ke harga yang wajar.