EKBIS.CO, JAKARTA--Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI) menilai Impor beras sebesar 850 ribu ton saat produksi meningkat sampai 66 juta ton akan tetap menimbulkan kontroversi publik di tahun 2011 apabila harga beras di tingkat konsumen masih tetap tinggi di bulan Januari.
"Kita tidak anti impor, tapi kalau sudah impor harga harus turun. Jika tidak maka ada masalah manajemen di sini," ujar Sekretaris Jenderal ISEI, Anggito Abimanyu, dalam catatan akhir tahun 2010 Perekonomian Indonesia Pengurus Pusat ISEI, Senin (20/12).
Menurut Anggito, kenaikan harga beras dalam tahun 2010 secara year on year telah mencapai 25 persen. Ini merupakan yang tertinggi sejak krisis pangan 2006. Harga beras di Indonesia juga 50 persen lebih tinggi daripada harga beras di pasar Internasional dan saat ini tergolong termahal di dunia. "Harga impor lebih murah dibandingkan dengan harga komoditas dalam negeri," ucapnya.
Fakta menunjukkan bahwa kenaikan harga beras terjadi karena terbatasnya cadangan yang dikuasai Bulog. Dengan jumlah Cadangan Beras Pemerintah (CBP) selama ini sekitar satu juta ton beras terlalu rendah dan sangat rentan terhadap spekulasi harga.
Idealnya, kata dia, jumlah cadangan beras minimal dua juta ton beras sehingga memungkinkan Bulog untuk melakukan operasi pasar yang memadai pada waktu terjadinya paceklik. "Jika tidak ada tambahan maka tekanan pada inflasi akan berulang dan kemiskinan akan menjadi ancaman serius," ucapnya.
Pihaknya, kata Anggito, mengusulkan pemerintah untuk meningkatkan produksi beras dalam negeri, kedua menambah dana cadangan beras Bulog dalam APBN 2011 dan memperbaiki mekanimse pencairan beras raskin.
Guru Besar Universitas Lampung Bustanul Arifin mengatakan, pada Januari 2011 inflasi masih akan tinggi. Beras akan menjadi faktor pendorong utama. "Kita harus waspada itu Januari dan Februari masih akan tinggi, mungkin baru turun Maret," ucapnya.
Kebijakan impor, lanjut dia, hanya menolong sementara waktu. Jika pada Januari harganya tetap tinggi maka isunya yakni beralih pada kemampuan manajemen stok.
Menurutnya, pemerintah belum berhasil melakukan swasembada di empat sektor komoditas utama yakni Jagung, Kedelai, Gula, dan Daging Sapi. "Ini menjadi tantangan serius bagi kita," katanya.
ISEI sendiri memproyeksikan angka inflasi pada tahun depan sebesar 6,2 persen sampai 6,7 persen. Angka ini jauh dibandingkan dengan proyeksi angka pemerintah dalam APBN 2011 yang hanya 5,3 persen.