EKBIS.CO, PALEMBANG --- Dua staf pengajar Fakultas Ekonomi Universitas Lampung (Unila) Asrian Hendi Caya dan Ayi Ahadiat, Selasa (1/2), mengatakan pembangunan jembatan Selat Sunda (JSS) yang menghubungkan pulau Sumatera dan Jawa akan meningkatkan mobilitas perekonomian Indonesia.
“Tidak ada yang mubazir dari pembangunan jembatan Selat Sunda. Pulau Jawa itu menguasai 60 persen perekonomian Inonesia dan Sumatera 20 persennya. Jadi wajar kalau digabung melalui Selat Sunda sehingga menjadi 80 persen dari total perekonomian Indonesia,” kata Asrian.
Sementara itu Ayi AHadiat mengingatkan perlunya second opinion untuk penghitungan biaya pembangunan jembatan berdasarkan opsi-opsi teknologi yang paling feasible. “Saya lihat biaya yang terakhir di-launching memperlihatkan kenaikan atau eskalasi harga yang terlalu fantastis,” ujarnya.
Dengan biaya yang fantastis, dari kajian awal, biaya investasi pembangunan JSS mencapai 15 miliar dolar AS dan biaya studi awal sebesar 150 juta dolar AS. “Saya berharap kalau bisa jembatan ini dibiayai oleh obligasi atau pembeli obligasinya masyarakat Indonesia sendiri. Ini pasti menarik karena investasi untuk membangun jembatan menjadi sangat indigenous,” kata Ayi Ahadiat.
Staf pengajar FE Unila ini mengharapkan juga dalam pembangunan JSS melibatkan seluruh elemen bangsa sejak dari persiapan, perencanaan, konstruksi, dan pemanfaatan jembatan. “Jika ini terjadi, betapa luar biasanya jembatan ini,” tambahnya.