Senin 21 Mar 2011 17:12 WIB

World Bank: Perekonomian Negara Asia Timur Rentan Bencana Alam

Rep: fitria andayani/ Red: Krisman Purwoko

EKBIS.CO, JAKARTA--Gempa dan tsunami yang melanda Jepang mengingatkan bahwa kawasan Asia Timur sangat rentan terhadap bencana alam. Padahal kawasan ini segera menjadi titik gravitasi baru ekonomi dunia.

Ekonom Utama Bank Dunia untuk Asia Timur dan Kawasan Pasifik, Vikram Nehru menyatakan, wilayah ini mencakup separuh permukaan bumi dan rumah bagi 59 persen dari populasi dunia. “Namun menjadi tempat bersemanyam lebih dari 70 persen bencana alam di dunia,” katanya, Senin (21/3). Pusat-pusat perkotaan di Asia Timur berada di bawah ancaman cuaca ekstrim, naiknya permukaan laut, dan bahaya lain.

Sementara itu, pusat ekonomi dunia bergeser secara bertahap ke arah Asia Timur. Berkaca pada 2010, pertumbuhan PDB riil negara-negara di kawasan Asia Timur tumbuh mengejutkan hingga 9,6 persen. Hal ini sebagaian besar disebabkan oleh stimulus berkelanjutan yang tertuang dalam kebijakan moneter dan fiskal. Selain itu, akibat pertumbuhan permintaan luar negeri. Sehingga pertumbuhan PDB diproyeksikan akan menetap dikisaran 8 persen pada 2011 dan 2012.

“Asia Timur dapat terus tumbuh dengan cepat jika bersedia membuat keputusan-keputusan sulit yang diperlukan untuk menjamin stabilitas makroekonomi dalam volatilitas lingkungan ekonomi global,” ujarnya. Pada saat yang sama, mereka harus menjawab tantangan jangka menengah seperti mempercepat integrasi ekonomi regional, mengurangi kesenjangan ekonomi dan sosial, serta menurunkan intensitas karbon produksi dan konsumsi. "Oleh karena itu, negara di kawasan ini harus berusaha membangun kota tahan bencana yang inovatif dan mampu beradaptasi terhadap dampak perubahan iklim,” ujarnya.

Selain itu, negara-negara di kawasan Asia Timur pun harus beradaptasi dengan dengan kecenderungan peningkatan inflasi di 2011. “Ini menjadi prioritas jangka pendek,” katanya. Akibatnya, inflasi memaksa negara-negara  berpenghasilan menengah di Asia Timur membuat sejumlah pilihan kebijakan yang sulit. "Kebijakan moneter akan semakin rumit akibat lonjakan arus masuk modal dan harga pangan serta komoditas yang meningkat pesat,” katanya.

Sehingga sebagian besar beban penyesuaian, kemungkinan akan berhenti pada kebijakan fiskal. “Di mana negara-negara itu harus segera menurunkan defisit sekaligus menciptakan ruang fiskal untuk membiayai infrastruktur,” katanya. Serta menjamin investasi sosial atau pemerataan tingkat ekonomi di masyarakat.

GDP Jepang Melambat

Sementara itu, akibat bencana yang dialaminya, produk domestik bruto (GDP) Jepang akan melambat. Namun pelambatan tersebut hanya bersifat sementara. GDP Jepang akan mulai tumbuh pada semester kedua 2011setelah masa rekonstruktusi selesai.

Hal ini berkaca pada pengalaman historis masa lalu saat gempa Kobe pada 1995 silam . “Perdagangan Jepang melambat hingga beberapa kuartal saja,” katanya. Selanjutnya, impor Jepang kembali membaik dalam setahun dan ekspornya bahkan melonjak hingga 85 persen. “Tapi kali ini, gangguan jaringan produksi, khususnya di industri otomotif dan elektronik bisa terus menimbulkan masalah,” tuturnya.

Jepang sangat penting bagi Asia Timur. Dalam pasar keuangan regional, seperempat dari Asia Timur memiliki utang jangka panjang dalam mata uang yen. Mulai dari sekitar 8 persen di China hingga 60 persen di Thailand. Satu persen apresiasi yen, akan diterjemahkan ke dalam kenaikan 250 juta dolar AS, dalam pembayaran utang tahunan yang dimiliki oleh negara-negara berkembang di Asia Timur.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement