EKBIS.CO, DENPASAR - Menteri Perdagangan Marie Elka Pangestu mengatakan, ekspor Indonesia ke beberapa negara di Timur Tengah pascakonflik politik mengalami kendala atau menghadapi masalah terutama yang menyangkut soal pembayaran. "Kendala pembayaran ekspor itu hanya terjadi di beberapa negara besar di Timur Tengah, seperti Mesir dan Turki," katanya di Denpasar, Minggu.
Menteri Perdagangan Mari Pangestu menjelaskan, salah satu penyebabnya adalah kebijakan dari negara-negara tersebut untuk membatasi pembayaran untuk barang-barang yang diimpor oleh mereka.
"Kebijakan itu kalau tidak salah membatasi pembayaran hanya sebesar 100 ribu AS dolar saja untuk setiap minggu/bulan," ujarnya.
Marie mengatakan, meskipun terjadi kendala keterlambatan pembayaran, hal itu tidak mempengaruhi pasar ekspor ke kawasan tersebut yang beberapa waktu lalu diguncang konflik politik.
Jumlah ekspor ke Timur Tengah sekitar 2,6 persen dari keseluruhan nilai ekspor nasional. Nilai ekspornya pun tidaklah terlalu tinggi. "Kami memperkirakan jumlah ekspor ke Timur Tengah antara dua hingga tiga miliar AS dolar. Namun kami optimis nilai itu bisa ditingkatkan," katanya.
Dia memperkirakan jumlah kenaikan itu ditargetkan sekitar lima persen dari jumlah keseluruhan nilai ekspor Indonesia.
Sebelumnya para pelaku pariwisata di Bali mengatakan, meski terjadi konflik politik di negara kawasan Timur Tengah, seperti Mesir dan Libya, jumlah wisatawan asal negara tersebut tidak mengalami lonjakan. "Jumlah wisatawan asal Timur Tengah masih tidak terlalu banyak pascakonflik sosial dan politik," kata Direktur Eksekutif PD PHRI Bali IB Purwa Sideme.
Purwa Sideme mengatakan, berdasarkan catatannya, jumlah wisatawan dari negara-negara Timur Tengah masih minim. Biasanya kedatangan mereka cukup ramai memasuki musim liburan atau menjelang pergantian tahun.