EKBIS.CO, BANDA ACEH - Importir dari beberapa negara langsung datang ke sentra produksi di Kabupaten Aceh Tengah dan Bener Meriah, Provinsi Aceh, untuk melakukan transaksi. Dengan cara ini, mereka memperoleh kopi Arabika asli dari sumbernya.
"Selama ini para importir membeli kopi Arabika dari eksportir di Sumatera Utara, sehingga keasliannya diragukan," kata Ketua Forum Kopi Aceh Mustafa Ali saat dihubungi di Takengon, Ibukota Aceh Tengah, Senin.
Ia menyatakan, keinginan para importir untuk datang ke Aceh, setelah mereka melihat langsung pada acara lelang kopi di Bali pada Oktober 2010 yang diadakan Specialty Coffee Association of Indonesia (SCAI).
Pada acara yang dihadiri importir dan perwakilan dari berbagai negara itu kopi Arabika asal tanah Gayo meraih juara pertama tingkat nasional. "Jadi, setelah mengikuti acara tersebut para pembeli dari luar negeri berkeinginan datang langsung ke Aceh Tengah dan Bener Meriah. Dan sekarang mereka setiap bulan ada yang datang dan melakukan transaski dengan pedagang di daerah kita," katanya.
Mustafa menyatakan, konsumen di Amerika dan Eropa sangat senang dengan kopi Arabika, khususnya lagi yang diimpor dari Aceh Tengah, karena pengembangannya tidak menggunakan pupuk buatan, tapi pupuk organik.
Oleh karenanya, untuk menjaga keaslian kopi tersebut, maka para importir langsung melakukan transaksi di daerah sentra produksinya.
"Karena kalau melalui Sumut, mereka khawatir dicampur dengan kopi Sidikalang, Mandailing, dan Lintong, sehingga citra rasanya berubah," kata Mustafa.
Dikatakan, permintaan kopi Arabika di pasar internasional sekarang ini cukup baik, sehingga harganya juga tinggi.
Harga biji kopi Arabika kualitas ekspor di sentra produksi Kabupaten Aceh Tengah dan Bener Meriah, Provinsi Aceh, pada awal pekan kedua April 2011 kini Rp 58 ribu hingga Rp 59 ribu/kg. Harga tersebut lebih baik bila dibandingkan akhir Maret lalu yang hanya Rp 56 ribu/kg.
Direktur UD Ketiara (koperasi pengumpul) Kabupaten Aceh Tengah, Rahmah, mengatakan bahwa permintaan pasar dunia mulai meningkat, sementara produksi mengalami penurunan, sehingga harga di tingkat eksportir mengalami kenaikan.