EKBIS.CO, JAKARTA – Moratorium pengembangan perkebunan sawit di lahan gambut selama dua tahun oleh Presiden dan Kementerian Kehutanan tak memengaruhi petani sawit. Banyak produsen dalam negeri bahkan bisa mengekspor benih sawit ke negara-negara di Afrika, seperti Kamerun, Nigeria, dan Liberia.
“Secara riil di lapangan, tak terlihat dampak moratorium yang kita khawatirkan,” kata Ketua Forum Komunikasi Produsen Benih Sawit Indonesia (FKPBSI) Dwi Asmono kepada wartawan di Jakarta, Selasa (11/10). Industri sawit, kata Dwi, tetap memproduksi benih sawit sesuai tatanan rencana.
Volume ekspor benih sawit hingga akhir 2011, menurut proyeksi FKPBSI mampu mencapai lima juta kecambah. Meskipun jumlah tersebut masih di bawah ketetapan kuota ekspor pemerintah, yaitu sepuluh persen dari produksi benih sawit dalam negeri.
Produksi benih sawit juga meningkat 20 persen sejak 2010. Artinya, produsen benih mampu menghasilkan hingga 143 juta butir kecambah.
Peningkatan tersebut tetap ada karena pemerintah masih memberikan izin usaha perkebunan pada lahan gambut yang ketebalannya di bawah tiga meter. Hal tersebut mengacu pada Peraturan Menteri Pertanian (Permentan) Nomor 14/2009 tentang Pedoman Pemanfaatan Lahan Gambut untuk Budidaya Kelapa Sawit.
Dalam pertemuan Musyawarah Nasional Masyarakat Perbenihan dan Pembibitan Indonesia (MPPI) itu, Dwi menjelaskan bukti-bukti bahwa moratorium hutan dan lahan gambut tak memengaruhi produsen benih sawit. “Ada dua perusahaan baru dalam industri sawit,” katanya.
Mereka adalah PT Sarana Inti Pratama Grup dan perusahaan asing asal Papua Nugini, PT Damil Oil Research Station. Kedua perusahaan tersebut menambah daftar sembilan perusahaan yang bergabung dalam usaha perbenihan sawit.
Kesembilan perusahaan tersebut adalah Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS), PT London Sumatera, PT Socfin Indonesia, Bakrie Grup, PT Dami Mas Sejahtera, PT Bina Sawit Makmur, PT Tani Selatan, PT Bakti Tani Nusantara, dan PT Tunggal Yunus.
Produsen-produsen benih tersebut juga memperbaiki kualitas benih sawit dalam negeri melalui eksplorasi plasma nutfah ke Kamerun, Suriname, Brasil, dan yang terbaru ke Angola. Bakrie Grup sebagai salah satu perusahaan yang melakukan eksplorasi tersebut tengah melakukan pembibitan benih-benih hasil eksplorasi. Hasilnya nanti akan disampaikan kepada konsorsium eksplorasi plasma nutfah.