EKBIS.CO, jakarta--Pertamina meminta pemerintah mengalihkan gas Kilang Tangguh, Papua sebesar 1,5 juta ton per tahun yang kini diekspor ke Fujian, China untuk terminal di laut utara Jakarta.
Juru Bicara Pertamina M Harun di Jakarta, Kamis mengatakan, pihaknya siap membeli gas Fujian hingga tiga kali lipat lebih mahal.
"Kalau sekarang harga gas ke Fujian hanya 3,35 dolar AS per MMBTU, kami siap beli sekitar 10 dolar AS per MMBTU," katanya. Ia meminta, pemerintah segera merenegosiasikan kontrak ekspor gas ke Fujian tersebut.
"Kami memberanikan diri mengajukan kepada pemerintah supaya bisa melakukan renegosiasi kontrak Fujian," ujarnya. Menurut dia, gas Fujian itu akan diperuntukkan bagi terminal yang dibangun PT Nusantara Regas di laut utara Jakarta dan selanjutnya dipasok ke pembangkit PT PLN (Persero).
Saat ini, terminal dengan kapasitas total tiga juta ton per tahun, baru memperoleh kepastian pasokan 1,5 juta ton per tahun dari Kilang Bontang, Kaltim.
Padahal, lanjut Harun, terminal diperkirakan sudah mulai komisioning pada akhir Januari 2012. "Kami berharap 1,5 juta ton per tahun segera didapat dari gas Tangguh yang diekspor ke Fujian," katanya.
Ia mengatakan, saat ini, terminal tengah dikerjakan di galangan kapal di Batam, Riau sebelum diletakkan di laut utara Jakarta.
"Progres pembangunan kapal penampung LNG sudah 80 persen," katanya.
Sementara, pembangunan fasilitas di darat termasuk pipa di Muara Karang, Jakarta sudah mencapai 50 persen. "Kami harapkan akhir Januari 2012, semua fasilitas bisa selesai dan dilanjutkan komisioning selama satu bulan atau sampai akhir Februari, sehingga awal Maret sudah pengiriman gas pertama ke PLN," ujarnya.
Harun menambahkan, dengan harga gas lebih mahal, pemerintah akan memperoleh pendapatan lebih besar. Kedua, akan memperbaiki keenomomian proyek Tangguh dan dapat menghemat subsidi listrik.
Menurut dia, Pertamina akan terus mengupayakan produksi LNG buat domestik. "Itulah alasan kami mengajukan pengambilalihan Blok Mahakam," katanya.
Pertamina dan PLN, tambahnya, juga tengah bekerja sama membangun terminal gas berskala kecil di sejumlah daerah khususnya di Indonesia bagian timur.