EKBIS.CO, JAKARTA - Melalui Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPS-LB), yang digelar Senin (16/1) ini, PT Bank Internasional Indonesia Tbk (BII) resmi mengganti namanya menjadi PT Bank Maybank Indonesia Tbk (Maybank Indonesia).
Dalam RUPS-LB itu juga disetujui pengangkatan chief of financial Officer Maybank Group, Dato'Khairussaleh Ramli menjadi presiden direktur dan Ani Pangestu sebagai Human Capital Director.
Presiden Direktur sebelumnya, Rahardja Alimhamzah akan memimpin Comercial Banking and Global Markets dengan jabatan Head for Global Wholesale Banking. Menurut Rahardja, penggantian nama perusahaan tersebut untuk meningkatkan bisnis ke level Asia.
"Nama Maybank ini sudah dikenal di Asia dan memiliki nilai. Dengan nama yang baru itu, akan membawa BII ke level selanjutnya," ujar dia.
Dia mengakui nama BII lebih dikenal di pasar lokal. Namun, nama Maybank akan lebih dikenal di level Asia. "Penggantian nama ini untuk longterm (jangka panjang). Untuk menarget bisnis ke level yang lebih tinggi, penggantian nama ini sangat diperlukan," kata dia menegaskan.
Penggantian nama tersebut tidak dikhawatirkan akan menghilangkan minat nasabah lokal. Menurut Rahardja, Maybank sudah diperkenalkan dalam logo BII sejak tiga tahun lalu. Karena itu, nasabah dinilai tidak akan kaget dengan penggantian nama perusahaan.
Untuk menarik minat nasabah lokal, Rahardja mengatakan pihaknya akan mengintensifkan komunikasi. Dia menilai nasabah BII selama ini sudah mengenal dengan baik nama Maybank. "Brand, bisnis, dan orang-orangnya tidak berubah, saya kira kuncinya komunikasi yang baik saja dengan nasabah," imbuhnya.
Perubahan nama tersebut akan segera diajukan izinnya ke Kementrian Hukum dan HAM (Kemenkum HAM). Selanjutnya, izin akan diajukan ke Bank Indonesia. "Kami berharap tahun ini perubahan nama itu selesai," ujar dia.
Total aset BII per 30 September 2011 naik sebesar 26 persen menjadi Rp 90,9 triliun dari Rp 72,2 triliun (year on year/yoy). Sementara Dana Pihak Ketiga (DPK) tercatat Rp 66,6 triliun.
BII membukukan laba bersih konsolidasi sebesar Rp 555 miliar, meningkat sebesar 34 persen dari Rp 415 miliar di periode yang sama tahun sebelumnya. Pada 2012, Rahardja mengatakan pihaknya akan mengandalkan bisnis kredit di sektor korporasi, komersial, dan konsumer. Ketiga sektor itu, akan mendapatkan porsi masing-masing sekitar 30 persen dari total kredit.