EKBIS.CO, JAKARTA – Meski tak populis, menaikan harga BBM dinilai sebagai kebijakan yang masuk akal. Alasannya, Indonesia dalam posisi tidak bisa dan harus menyesuaikan harga BBM dengan menaikan harga BBM itu sendiri.
“Penyesuaian dari asumsi 90 dollar AS per barel yang sekarang menjadi 120 dollar AS per barel adalah satu hal yang rasional, mestinya” kata juru bicara kepresidenan, Julian Aldrin Pasha, Senin (12/3).
Pemerintah menyadari, kebijakan ini akan ditentang oleh banyak pihak dan presiden mengetahui hal tersebut. Tetapi, ia menegaskan alasan yang seharusnya diterima atau dipahami masyarakat--yang sedang disosialisasikan--terkait rencana kenaikan harga BBM bersubdisi belum diterima secara luas.
Artinya, diperlukan sosialiasi lebih intens kepada publik sehingga mereka bisa melihat secara utuh dan paham alasan pemerintah menaikan harga BBM. “Masih ada waktu untuk melakukan sosialisasi untuk memberikan pemahaman kepada masyarakat,” katanya.