EKBIS.CO, JAKARTA — Di tengah masalah pasokan bahan baku dan energi, industri dalam negeri juga mengeluhkan tingkat suku bunga kredit yang masih bertengger di level dua digit. Padahal, menurut mereka, perbankan nasional bila mau bisa menurunkan suku bunga kredit itu menjadi satu digit.
Menteri Perdagangan Gita Wirjawan mengaku, ia sudah berulang kali memberikan usulan agar bunga kredit bank bisa diturunkan. Sebagai mantan bankir, kata Gita, ia menilai perbankan nasional semestinya bisa lebih berani mengambil risiko memberikan pinjaman modal kepada pelaku industri kecil.
Menurut Gita, pelaku industri kecil ini dalam dilema. Mereka tak mempunyai akses ke sektor perbankan dan berakhir dengan meminjam uang ke rentenir. “Saya bertemu petani bawang di Brebes, mereka mengatakan mendapat pinjaman Rp 15 juta, tapi harus mengembalikan Rp 18 juta selama tiga bulan,” kata Gita. Bunga bank sebesar itu, menurutnya, tentu tidak harus ditanggung petani jika bank bersedia memberikan pinjaman modal bagi mereka.
Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Sofjan Wanandi mengakui, jika dibandingkan dengan negara lain, suku bunga di Indonesia memang terbilang cukup tinggi. Bagi korporasi besar, bunga kredit bisa mencapai sembilan persen per tahun. Tetapi, rata-rata bunga bank mencapai 10-12 persen bagi industri kebanyakan.
“Sebenarnya perbankan bisa menurunkan lagi bunga bank, tapi kita kebanyakan meminjam dalam jangka pendek. Jadinya perbankan punya alasan menaikkan bunga kredit agar bunga deposito tinggi juga,” kata Sofjan.
Berapa bunga bank yang ideal? Sofjan mengatakan, di bawah 10 persen. Dengan begitu, industri besar bisa terus mendukung pertumbuhan ekonomi nasional. Bagi pelaku industri kecil menengah, sambung dia, saat ini situasinya mendapat bunga kredit lebih dari 20 persen. Pelaku industri level ini memilih meminjam di bank dengan bunga yang tinggi dibandingkan pinjam ke rentenir.
Bagi industri kecil menengah, kata Sofjan, bunga kredit ideal adalah 15 persen. Jika kisaran bunga bank bagi korporasi dan industri kecil menengah bisa mencapai sembilan dan 15 persen, ia yakin kedua sektor itu bisa tumbuh beriringan untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang maksimal.
Wakil Sekretaris Jenderal Apindo Franky Sibarani mengatakan, semestinya bunga bank di Indonesia bisa setara dengan bunga di negara ASEAN. “Dengan Malaysia yang bunga banknya hanya enam persen, kita starting point dalam hal permodalan saja sudah berbeda,” ujar Franky.
Ia mengatakan, jika pemerintah ingin produk Indonesia bisa bersaing dengan negara lain, minimal Indonesia memiliki suku bunga yang sama. “Kita maunya satu digit, sekitar enam persen,” tambahnya.