EKBIS.CO, JAKARTA --
Petani tembakau belum memiliki alternatif produk lain kecuali rokok. Wakil Ketua Umum Asosiasi Masyarakat Temakau Indonesia (AMTI) Budidoyo mengatakan selama ini 90 persen daun tembakau disuplay untuk industri rokok. "Kalau ada produk lain selain rokok pasti posisi tawar petani tentu lebih baik," ujar Budidoyo, Jumat (6/7).
Namun, ia mengatakan sampai sejauh ini pemerintah tidak memiliki alternatif industri dengan bahan dasar tembakau. Menurutnya, pemerintah dan swasta harus melakukan penelitian yang lebih jauh agar ada pengolahan tembakau secara masif untuk produk non rokok. Ia mencontohkan, sejumlah kecil daun tembakau diambil ekstraknya untuk diolah menjadi kosmetik. Tapi pengolahan kosmetik membutuhkan teknologi yang tinggi sedangkan kemampuan petani Indonesia belum mampu.
Terkait RPP Tembakau, AMTI mendukung pemerintah mengatur urusan pertembakauan. Menurutnya, RPP diperlukan untuk menjaga agar anak-anak tidak merokok di usia mereka yang masih muda. Namun, dalam pembahasan RPP, AMTI meminta agar pemerintah tidak hanya memperhatikan dari sisi kesehatan saja. AMTI berkeinginan pemerintah juga bisa memfasilitasi kepentingan petani agar tetap bisa melakukan usaha. "Kami mendukung pemerintah terapkan RPP sepanjang berimbang bagi kjepentingan pabrikan produk tembakau, petani dan perokok dewasa," kata Budidoyo.
Kepala departemen advokasi AMTI Soeseno mengatakan pasar tembakau sekalin industri rokok sampai saat ini belum terbentuk. Menjual tembakau kepada industri rokok, kata dia merupakan posisi aman agar petani masih bisa hidup."Untuk diversifikasi produk, belum ada marketnya. Telnologi kita juga belum sampai," kata dia.
Indonesia memiliki 200-300 ribu hektar lahan di seluruh Indonesia. Dengan jumlah 2,5 juta petani, setiap tahun dihasilkan 180 ribu ton daun tembakau setiap tahun. Harga satu kilo daun tembakau dijual tergantung varietasnya. Ada yang dijual dengan harga Rp 40.000. Untuk daun dengan kualitas yang lebih baik dijual dengan harga Rp 700.000.