EKBIS.CO, JAKARTA--Kementerian Pertanian menyatakan belum berencana menyubsidi harga kedelai meski terjadi kenaikan harga komoditas pangan tersebut pada akhir-akhir ini.
Wakil Menteri Pertanian Rusman Heriawan di Jakarta, Selasa mengatakan, empat tahun lalu juga terjadi kenaikan harga kedelai dan pemerintah memberikan subsidi Rp1.000 per kilogram.
Namun, tambahnya, subsidi tersebut malahan tidak memberikan dampak apapun bahkan sekarang hal yang serupa juga terjadi lagi "Langkah memberikan subsidi tidak baik untuk dilakukan, karena hanya akan memberikan dampak jangka pendek. Malahan, dalam peristiwa serupa yang terjadi empat tahun lalu, petani juga tidak mendapatkan hasil lebih," katanya.
Menurut dia, kenaikan harga kedelai diakibatkan musim kering di AS, yang merupakan produsen utama dunia karena suplai terbatas, maka harga dunia naik. Dikatakannya, harga kedelai akan turun kembali jika produksi di Amerika Serikat sudah normal.
Menutur dia, kebutuhan kedelai di dalam negeri masih dipasok dari impor sekitar 70 persen, sedangkan 30 persen dari produksi lokal.
Mantan Kepala Badan Pusat Statistik itu menjelaskan pada saat harga kedelai tinggi, petani juga tidak memperoleh apapun, tetapi ketika panen, harga turun lagi.
Oleh karena itu, Rusman menyatakan, saat ini merupakan, momentum yang tepat untuk mulai meningkatkan produksi kedelai. "Jangan sampai kehilangan momentum yaitu saat petani panen, harga turun," katanya.
Sementara itu menanggapi ancaman para produsen tahu dan tempe yang akan melakukan penghentian produksi jika harga kedelai terus melonjak, Wamentan Rusman mengimbau agar mereka tak melakukan hal itu.
Menurut dia, aksi penghentian produksi yang dilakukan perajin tempe dan tahu tersebut bisa berpengaruh pada masyarakat yang ingin memperoleh tempe ataupun tahu.
Meskipun demikian pihaknya juga tak ingin membiarkan para perajin tempe dan tahun terus merugi, karena kenaikan harga ini. "Mungkin bisa dicari jalan tengahnya seperti ukuran dikurangi atau mau tidak mau harga harus dinaikkan," katanya.
Selain itu pihaknya juga mengimbau konsumen agar rela untuk membayar lebih mahal untuk mendapatkan tahu dan tempe, karena mungkin hanya itu yang bisa dilakukan dalam jangka waktu dekat.