EKBIS.CO, JAKARTA--Pengamat ekonomi Bustanul Arifin menyatakan penerapan bea masuk (BM) impor kedelai oleh pemerintah untuk mengatasi lonjakan harga kedelai justru menimbulkan masalah baru.
"BM impor nol persen tidak menyelesaikan masalahnya, justru nambah jadi dua masalah," kata Guru Besar Ekonomi Pertanian Universitas Lampung itu di Jakarta, Rabu.
Menurut dia, kenaikan harga terjadi karena produksi kedelai lokal yang rendah sehingga seharusnya pemerintah mencari solusi dalam mengupayakan peningkatan produksi dalam negeri.
Dengan pembebasan BM, menurut dia, akan menyebabkan dua masalah, yakni masalah produksi dalam negeri yang belum terpecahkan dan menghalangi target pemerintah untuk swasembada pangan.
"Ingat kalau rencana swasembada pangan 2014 'nggak tercapai, yang ditegur adalah pemerintah terutama presiden," katanya.
Dia mengatakan ada falsafah hidup yang sangat tinggi dalam sektor pertanian. "Jika anda ingin memanen, maka anda harus menanam. Bukan kalau anda ingin memanen, anda mengimpor," ujarnya.
Menurut dia, hal itu yang harus dibangun sebagai solusi fundamental. Pemerintah menetapkan penurunan BM impor kedelai yang semula lima persen menjadi nol persen untuk mengatasi lonjakan harga kedelai. Kebijakan itu akan berlaku hingga akhir tahun 2012.
Berdasarkan data Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI), produksi kedelai dalam negeri hanya mampu memproduksi 700.000 ton per tahun. Padahal, total konsumsi kedelai Indonesia mencapai 2,4 juta ton per tahun. Sehingga sisanya sebanyak 1,7 juta ton ditutup dari impor.
Berdasar data Kementerian Perdagangan, harga kedelai impor saat ini telah menyentuh angka Rp9 ribu per kg.