Senin 24 Sep 2012 01:00 WIB

Indonesia Jadi Pilihan Masuknya Dana Global

Rep: elba damhuri/ Red: M Irwan Ariefyanto
Dolar (Ilustrasi)
Foto: thenewamericanrevolutionary.wordpress.com
Dolar (Ilustrasi)

EKBIS.CO, laporan Elba Damhuri, dari New York, AS

Indonesia bisa menarik masuknya dana global yang saat ini masih mencari tempat yang tepat untuk ditanam. Kepala Perwakilan Bank Indonesia (BI) New York Wimboh Santoso mengatakan, dana global ini terutama bisa masuk dalam bentuk investasi asing langsung (foreign direct investment atau FDI) maupun investasi tak langsung di portofolio finansial.

Dengan begitu, papar Wimboh, aktivitas perekonomian nasional bisa bergerak lebih cepat, likuiditas keuangan makin membaik, dan kegiatan usaha tumbuh pesat. Masuknya dana asing dalam bentuk FDI ini, menurutnya, memiliki arti penting di tengah defisit neraca pembayaran nasional. “FDI bisa memperkecil ruang defisit,” kata Wimboh saat berbincang dengan sejumlah media asal Indonesia di New York, Sabtu (22/9) malam waktu lokal.

Ia memberi contoh pelepasan uang 40 miliar dolar AS oleh The Fed untuk membeli surat-surat berharga dan obligasi. Pada kebijakan yang disebut quantitative easing (QE) tahap ketiga ini, kata Wimboh, setiap bulannya bank sentral AS akan membeli surat-surat berharga, terutama sektor perumahan, hingga 40 miliar dolar AS sampai akhir 2012. Ini belum termasuk kebijakan membeli surat-surat berharga jangka panjang untuk ditukar dengan surat-surat berharga jangka pendek yang totalnya mencapai 45 miliar dolar AS per bulan.

Dalam dua tahap QE sebelumnya, The Fed telah mengeluarkan 2,1 triliun dolar AS, yakni pada QE tahap satu sebesar 1,6 triliun dolar AS dan 600 miliar dolar AS pada tahap kedua. Pada saat yang sama, Bank Sentral Jepang (BOJ) pun mengeluarkan kebijakan menebar uang 10 triliun yen di pasar finansial untuk menggenjot ekonomi, menjaga suku bunga rendah, dan menggiatkan kegiatan bisnis maupun usaha yang selama ini terkendali modal dengan suku bunga rendah.

Salah satu cara menggaet dana-dana itu, Wimboh mengungkapkan, pemerintah dan BI berinisiatif menggelar “Indonesia Investment Day” di Bursa Efek New York, Senin (24/9). Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, Gubernur Bank Indonesia Darmin Nasution, dan para menteri akan menyampaikan pemaparan tentang investasi di Indonesia. Peraih Nobel Ekonomi, Nouriel Roubini (kepala Roubini Global Economics), juga akan berbicara di acara itu.

Wimboh menyatakan, ada 15 BUMN dan 130 investor asing ikut pada acara yang untuk pertama kalinya digelar di New York itu. Perusahaan swasta AS yang sukses di Indonesia pun mendapat tempat berbagi kisah sukses dan kemudahan melakukan investasi di sana. BUMN-BUMN itu nanti akan mempresentasikan bisnis yang berjalan dan rencana kerja yang akan dilakukan.

Indonesia, Wimboh melanjutkan, akan mengalami tantangan dari Vietnam untuk menarik investasi asing langsung. Thailand dan Malaysia pun terus menarik dana-dana global itu masuk ke negara mereka dengan beragam cara.

Direktur Grup Humas BI Diffi Johansyah mengatakan, Indonesia akan menjadi tempat masuknya uang asing, termasuk dampak dari kebijakan QE tahap ketiga The Fed. Suku bunga (kupon) yang ditawarkan, kata Diffi, menarik minat investor asing mendatangkan uangnya ke Tanah Air. Jika di AS suku bunga obligasi rata-rata dua persen maka di Indonesia di atas lima persen.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement