Ahad 07 Oct 2012 12:07 WIB

Produk Luar Hadang Sepeda Indonesia di Pasar Domestik

Rep: Ahmad Baraas/ Red: Dewi Mardiani
Sepeda
Foto: wikimedia.org
Sepeda

EKBIS.CO, DENPASAR -- Penjualan sepeda gayung buatan Indonesia di pasar domestik, dihadang oleh produk sepeda asal luar negeri yang harganya relatif lebih murah. Padahal kata GM Promotion PT Despoly Indonesia, yang memproduksi sepeda merek Polygon, Peter Mulyadi, sepeda buatan Indonesia tidak kalah kualitasnya.

"Memang kita kalah dalam soal harga, lebih mahal. Tapi kebanyakan konsumen tidak mengerti soal kualitas, dan lebih memilih produk asing," kata Peter di Sanur, Denpasar, Bali, Ahad (7/10).

Hal itu dikemukakan Peter menjawab wartawan disela-sela acara peluncuran produk Polygon 2013. Pada peluncuran itu, Polygon memperkenalkan 27 produk terbarunya, dimana sebelumnya Polygon memiliki 152 model dengan 357 varian. Harga sepeda merek Polygon dibandrol dengan harga termurah dari Rp 1,3 juta-Rp 80 juta.

Menurut Peter, harga sepeda Indonesia menjadi lebih mahal karena harus membayar pajak komponen sepeda antara 15-20 persen, saat memasukkan komponen sepeda dari luar. Padahal sebutnya, sekitar 40-50 persen bahan-bahan sepeda, khususnya yang bermerek Polygon didatangkan dari luar negeri.

"Otomatis harga sepeda Indonesia jadi naik, sedangkan sepeda yang diproduksi di luar, bisa dijual dengan harga lebih murah di Indonesia," katanya.

Menurut Peter, pernah ditanyakan, mengapa komponen sepeda, seperti gigi dan pelek mesti dikenakan pajak impor. Pihaknya, sebut Peter, mendapat penjelasan kalau bahan-bahan sepeda termasuk barang berisiko tinggi, namun dia tidak mendapat penjelasan, mengapa komponen sepeda digolongkan barang berisiko tinggi.

Polygon kata Peter, memproduksi sekitar 500.000-600.000 unit sepeda gayung setahun, dimana sekitar 70 persennya untuk memenuhi permintaan luar negeri. Sepeda yang diproduksi PT DI untuk pasar ekspor, tidak menggunakan merek Polygon, melainkan dengan mereka sesuai keinginan pemesan.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement